Aksi 3.000 Lilin dan Doa yang Mengalir untuk Brigadir Yoshua - Telusur

Aksi 3.000 Lilin dan Doa yang Mengalir untuk Brigadir Yoshua

Inisiator Aksi 3.000 Lilin untuk Brigadir Yosua, Irma Hutabarat bersama Ketua DPP PGK Bursah Zarnubi (foto: telusur.co.id)

telusur.co.id - Sudah satu bulan tabir kematian Brigadir Yosua Hutabarat alias Brigadir J belum sepenuhnya tersingkap. Sejumlah pihak berharap kasus ini segera diungkap seterang-teranganya sehingga pelaku dan aktor intelekual dapat dihukum seberat-beratnya.

Memperingati 30 hari meninggalnya Brigadir J sejumlah kelompok masyarakat menggelar doa bersama di Taman Ismail Marzuki, Senin (8/8/22) malam. Selain doa bersama, juga aksi menyalakan 3.000 lilin sebagai simbol dukungan kepada keluarga Brigadir J.

Ribuan massa yang hadir terdiri dari Panguan Hutabarat Se-Jabodetabek, Pemuda Batak Bersatu, Perkumpulan Gerakan Kebangsaan (PGK), Gerakan Perjuangan Keadilan, Hutabarat Parbaju Se-Jabodetabek, dan sejumlah aktivis yang merupakan alumni universitas seperti UI, Trisakti, UIN Jakarta, UMJ, dan Universitas Jayabaya.

Inisiator acara Irma Hutabarat mengatakan, kasus yang menimpa Brigadir Yosua Hutabarat merupakan luka bagi seluruh rakyat Indonesia.

"Kita berada disini karena Tuhan kirim Yoshua untuk menyatukan semua. Kita hadir disini untuk mendoakan nyawa yang bukan milik kita, milik Tuhan yang diambil secara paksa di depan kita semua," kata Irma.

Irma mencium gelagat dari oknum kepolisian yang berusaha menyusun skenario untuk menutup kasus pembunuhan Brigadir J. Bahkan jenazahnya dikawal ketat dan keluarga dilarang membuka peti.

"Tetapi skenario itu gagal karena yang dibunuh adalah orang Batak, disitu ada tradisi mangandung (ritual meratapi kematian), orang tua mau melihat setiap jengkal jasad anaknya untuk yang terkahir kali. Kalau itu tidak diizinkan, saya yang akan mengadukan ke Komnas HAM sebagai pelanggaran HAM," tegasnya. 

Irma berharap, kekuatan doa dapat membuat kasus ini menjadi terang benderang. Oleh karena itu, dia meminta seluruh pihak untuk terus mengawal kasus ini hingga tuntas.

"Saya ingin mengajak agar kita mengawal ini dengan konsisten, dengan komitmen. Kita ini adalah orang yang ingin berbuat kebajikan bagi negeri ini melalui arwah Yoshua, semoga kita semua diberi kekuatan untuk mengawal kebajikan ini," ucapnya

Momentum Bersihkan Polri

Irma selanjutnya mengajak agar kasus ini dijadikan pintu masuk sebagai momentum untuk membersihkan institusi Polri. Dia ingin polisi ke depan lebih baik dan transparan serta oknum yang jahat harus dibersihkan.

"Kalau polisi jahat, yang tangkap Propam. Kalau Propamnya jahat, yang tangkap siapa? Kita percaya akan keadilan, kita mencintai Polri. Kalau dijelaskan, ini adalah momentum yang terbaik untuk beres-beres Polri. Kalau ada telur yang busuk, itu mesti dibuang. Kalau nggak, telurnya nggak ada guna, rusak semua sekeranjang itu," tegas Irma.

Irma mencurigai sebuah rekayasa kasus sudah biasa terjadi di Polri. Karena itu ia berharap melalui kasus Brigadir J ini Polri bisa intorspeksi dan memberbaiki diri.

"Yang penting begini, TKP misalkan berarti boleh dong merusak TKP, menghilangkan bukti, sekali ini saja ketahuan, berarti polisi biasa dong. Yang bukti ada, dihilangkan. Yang nggak ada, diadain. Sekarang ini terbuka," jelasnya.

Sementara itu, Ketua Umum Perkumpulan Gerakan Kebangsaan (PGK) Bursah Zarnubi menyebut tragedi Brigadir J merupakan suatu kasus yang serius.

Insiden ini juga merupakan ujian sekaligus pembuktian untuk terwujudnya Polri Presisi, yang menjadi visi misi Kapolri Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo.

"Ini persoalan kemanusiaan yang menghantam bangsa kita, di tengah bangsa ini mulai membaik dalam membangun demokrasi, membangun ekonomi, dan upaya Kapolri mewujudkan Polri yang Presisi. Ini persoalan bangsa yang menyangkut hidup mati bangsa kita," ujar Bursah.

Bursah juga mengajak peserta doa bersama untuk mendukung Kapolri menuntaskan kasus ini. Dia yakin Polri di bawah kepemimpinan Listyo Sigit dapat mengungkap kasus ini secara transparan.

"Kita support Kapolri dan Menkopolhukam untuk mengusut peristiwa ini dari yang pangkat terkecil sampai yang paling tinggi. Jangan sampai lalai, karena begitu lalai, setan-setan akan muncul lagi," tegasnya.

Polri, lanjut Bursah, harus dapat menuntaskan masalah ini hingga ke akarnya. Jangan sampai Polri menjadi institusi yang tak lagi dipercaya masyarakat. Bursah mencontohkan kasus mafia tanah dan kasus kematian aktivis Munir yang tak kunjung beres sehingga menggerus kepercayaan publik terhadap Polri.

"Polri harus mengusut kasus ini hingga tuntas, jangan sampai Polri tak dipercaya lagi oleh masyarakat. Kita ingin Polri terus didukung dan dipercaya oleh masyarakat," ucapnya.

Senada dengan Irma, Bursah berharap Polri menjadikan kasus ini sebagai momentum untuk berbenah agar lebih profesional dan lebih ikhlas menjadi pengayom masyarakat.

"Berbagai teori mengatakan, kalau polisinya jahat bangsa itu pasti jahat, kalau polisinya beradab maka bangsanya juga beradab," ucap Bursah. 


Tinggalkan Komentar