Komisi IV DPR Soroti Kinerja Kementan - Telusur

Komisi IV DPR Soroti Kinerja Kementan

Darori Wonodipuro

telusur.co.id - Anggota Komisi IV Darori Wonodipuro mengakui kinerja Kementerian Pertanian (Kementan) kurang maksimal dalam menjalankan tugas dan fungsinya.

"Kalau dari promosi sih luar biasa, tetapi kalau soal kinerja belum sesuai dengan yang kita harapkan," ungkap Darori kepada wartawan.

Contohnya, disebutkan Darori, di DPR itukan masalah anggaran tidak dibahas satuan tiga, karena memang tidak dibolehkan oleh undang-undang, tetapi nyatanya bermasalah dan ketahuan sama pimpinan. "Masa harga babi satu ekor 9 juta. Ayam 700 ribu, itu apa? Untung ketahuan, kalau tidak siapa yang tanggung jawab. Memang harus dikontrol lah," katanya.

Dia juga menyoroti kebijakan impor, harusnya Kementan mendegar aspirasi yang disuarakan oleh petani. "Petani maunya apa? Contohnya kita impor bawang putih, di Temanggung lagi panen. Kan enggak laku. Kenapa tidak dibeli, (petani) mengadu ke saya. Kalau impor kan fee banyak. Kalau lokal ketahuan. Ya kan. Ada apa orang berlomba-lomba impor sedang musim panen," katanya.

Yang lebih disorot lagi soal komunikasi dengan mitra kerja yang dituding kurang aspiratif. Miss komunikasi terlihat ketika membahas mengenai anggaran yang alot.  Kata dia, komunikasi dengan Kementan paling lama jika dibandingkan dengan kementerian lain.

"Rapatnya sampai 8 kali. Sedangkan dengan KKP dan kehutanan 3 kali sudah selesai," kata Darori.

Karena kurang komunikatif dan aspiratif, Darori mengungkapkan banyak pihak dan asosiasi yang rapat dengan DPR meminta beberapa dirjen Kementan agar dicopot. 

Di kesempatan lain, Ketua Asosiasi Hortikultura Indonesia, Anton Muslim Arbi juga mengungkapkan, kinerja Mentan belum maksimal. Padahal dengan turunnya harga komoditas harus segera dievaluasi.

"Karena memang dari dulu sebelum pemerintahan Jokowi ini masih zaman SBY, itu ada penandatanganan bilateral dan multilateral. Misalnya dengan ASEAN, perdagangan bebas. Kemudian memang menjadi persoalan yang mana belakangan ini sebagaimana yangg dibicarakan Faisal Basri sebagai pengamat ekonom senior, bahwa kita menerima atau misalnya melakukan impor produk pertanian mencapai Rp30 triliun. Ini kan suatu angka yang luar biasa besar," katanya.

Artinya, lanjut dia, dengan jumlah rakyat Indonesia tentunya kebutuhan konsumsi pertanian besar. Namun, kata dia, kenapa komoditas didatangkan dari China.

"Kemudian misalnya BPS merilis data yang memperlihatkan data sektor pertanian kita itu anjlok menurun. Nah, kan dua periode pemerintahan ini saya belum dengar Kementan itu bikin apa," imbuhnya. 

Kemarin, lanjutnya, pemerintah melakukan swasembada bawang putih. Namun, kata dia, saat ini tidak lagi oleh Mentan Yasin Limpo.

Jadinya, kata dia, data BPS bisa menjadi acuan Jokowi evaluasi Mentan. "Sangat bisa. Artinya dia sudah dibangga-banggain, saya juga tidak tahu apa yang dibanggain dari kementan. Karena sampai hari ini mulai pelantikan Oktober sudah jalan berapa bulan, sekitar 6 bulanan tetapi kita tidak dengar," katanya. 

Kementerian Pertanian (Kementan) menyatakan upaya penanganan pangan dengan menyiapkan tiga strategi saat menghadapi New Normal. Adapun, peningkatan nilai tukar petani (NTP) akan masif dilakukan dengan menaikkan harga jual gabah sehingga target penambahan NTP menjadi 103 poin, lebih tinggi dari beberapa waktu sebelumnya, atau sebesar 102,09 poin.

Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo menerangkan strategi pertama yaitu agenda SOS, atau emergency yang ditemukan ketika harga ayam sempat jatuh beberapa waktu lalu. Bagi peternak, ayamnya akan dibeli oleh mitra dan difasilitasi penyimpanan berpendingin oleh pemerintah.

Dia menegaskan, penurunan NTP bukan disebabkan oleh hasil produksi petani tidak akurat namun karena dampak Covid-19 yang menyebabkan pelambatan transportasi, distribusi, dan pembatasan berbagai akselerasi kemasyarakatan (PSBB).

Karena adanya berbagai pembatasan dalam menghadapi Covid-19 menyebabkan NTP mengalami penurunan dan harus ada solusi penyikapan yaitu membangun stok penyangga atau buffer stock untuk 11 komoditas pangan, lalu pengembangan pasar dan toko tani, jaring pengaman sosial bagi petani, menjaga stabilitas harga.

Strategi kedua agenda jangka menengah yaitu memaksimalkan ekspor dengan mengintervensi industri agrikultur agar tidak memecat karyawannya. Juga relaksasi terhadap padat karya melalui pemberian bibit atau benih sehingga produksi komoditi tetap berjalan.Ada juga agenda jangka panjang yaitu meningkatkan produksi pertanian. [ham]


Tinggalkan Komentar