Mengunjungi Patrol Indramayu - Telusur

Mengunjungi Patrol Indramayu


Oleh: Muslim Arbi*

Patrol, adalah salah satu kecamatan di Indramayu, Jawa Barat. Pasar Patrol, adalah salah satu perlintasan dari Wetan (wilayah Timur) ke arah Barat (Kulon) menuju Jakarta atau Subang. Pasar Patrol selalu ramai setiap saat baik oleh warga sekitar nya maupun para pelintas yang mudik ke Jawa maupun yang balik ke Jakarta. 

Dahulu, lintasan Pasar Patrol sangat ramai via Pantura (Pantai Utara) Jawa. Masyarakat di sekitar Patrol yang membuka warung-warung kecil maupun restauran yang banyak menyerap tenaga kerja ramai disinggahi para pemudik maupun para pebalik. 

Sering kali saya melintasi wilayah Patrol menyempatkan singgah untuk ngopi dan istrihat untuk makan, solat dan sebagai nya bersama keluarga. Sekarang keramain itu seakan sirna setelah dibuka jalan tol Cipali (Cikampek Palimanan). Kehidupan para pedagang warung kecil dan para penjaja makanan di Pantura khususnya wilayah Patrol dan sekitarnya itu kini telah direnggut oleh keberadaan tol Cipali.

Bincang-bincang dengan Kang Amir Hamzah, sehari-hari sebagai seorang pendidik di Patrol menceritakan situasi itu. Dan sekarang para pedagang, warungan dan restauran seputar Patrol dan Pantura yang dulunya ramai, kini sepi. Bukan saja Kang Amir yang mengeluhkan. Beberapa keluharan yang sama dari beberapa teman pun sama. 

Sekarang terpulang kepada Pemerintah Pusat, Gubernur Jawa Barat, Bupati Indramayu dan pemilik Jalan Tol Cipali memikirkan Nasib Warga Patrol, Pemilik dan Pedagang makan yang tersingkir oleh keberadaan Tol Cipali. Agar keberadaan Tol Cipali tidak merenggut pedagang kecil, pemilik Warung makan di Patrol dan Pantura sekitar menjadi miskin karena di bawah raksasa pengusaha jalan Tol Cipali dan lainnya. 

Kemarin sore, saya menyempatkan diri bersama Kang Amir dan Anggota Keluarga belanja ikan basah ke Eretan Kulon salah satu TPI (tempat pelelangan ikan) untuk dibakar dan buat tomyam (masakan Thailand). Kondisi kehidupan pedagang ikan dan para nelayan dari dahulu sampai kini sama saja. Sama seperti kehidupan para nelayan dan pedagang lainnya di Pantura. 

Dahulu para nelayan dan juga petani pernah dijanjikan untuk membuka Bank Nelayan dan Bank Petani. Tapi kini janji-janji itu tinggal janji. Janji-jani palsu, kata teman-teman aktifis.

Bahkan nasib para petani garam di Cirebon tengga Indramayu (Patrol) semakin mengenaskan karena pemerintah doyan garam impor. Jutaan ton garam impor dimasukkan pemerintah dari luar negeri. Nasib para petani garam semakin apes saja. 

Kelihatan rezim pemburu rente lebih memburu rente untuk kepentingan sesaat dibanding harus ada program yang jelas untuk perbaiki nasib nelayan, pedagang kecil dan petani.

Melihat dan merenungkan nasib para sokoguru bangsa (nelayan, pedagang kecil dan petani) dari pemilu ke pemilu. Tidak mengalami perubahan yang berarti. Bahkan isu-isu kehidupan para nelayan, pedagang kecil dan petani hanya sebagai jualan isu jelang pilpres dan pemilu untuk meraih simpati dan mendulang suara belaka. Setelah itu, para nelayan, pedagang kecil dan petani itu harus berjuang sendiri-sendiri untuk merubah dan memperbaiki nasibnya. Negara terkadang seolah tutup mata atas realitas itu. 

Apakah semua fakta-fakta sosial di Patrol itu termasuk salah satu keajaiaban Indonesia, sebagaimana tulisan yang dipakai Kang Amir "Wonderful Indonesia"?

 

)* Penulis adalah Pengamat Sosial Politik

 


Tinggalkan Komentar