Pergeseran Sistem Moneter Dan Patahan Sejarah Umat Manusia - Telusur

Pergeseran Sistem Moneter Dan Patahan Sejarah Umat Manusia


Penulis: Salamuddin  Daeng*

 

MODUS negara liberal justru bailout adalah strategi inti dalam resesi. Di Indonesia untuk yang ketiga kali sekarang menalangi korporasi yang colaps. Dana BLBI dan KLBI jumlahnya mencapai Rp 630 triliun yang bebannya masih kita bangsa Indonesia  tanggung sampai hari ini. Kedua bailout Century Rp6,7 triliun tak jelas rimbanya dan sekarang bailout resesi dengan nilai Rp 690 triliun tanpa kita ketahui nama dan alamat penerimanya. (kalau belum ada perubahan PP).

Namun sekarang agak berbeda dengan krisis moneter Asia 98  atau krisis keuangan 2008 Eropa dan Amerika. Resesi dunia sekarang ditandai dengan sebuah patahan ekonomi yang sifatnya pokok, yakni berakhirnya rezim petro dolar. Apa itu petro dolar yakni sistem moneter yang mendasarkan jangkar mata uang dolar dengan fondasi minyak.

Transaksi minyak merupakan fondasi mata uang dolar Amerika Serikat. Era ini berlangsung sejak 1971, yang ditandai dengan berakhirnya Bretton Woods system yang menjadikan emas sebagai jangkar mata uang dolar. Sejak saat itu emas digantikan oleh dolar sebagai satuan moneter internasional. Era petro dolar menendang semas keluar dari sistem moneter internasional.

Sekarang harga minyak jatuh sampai ke tingkat yang paling rendah. Bahkan minyak dibuat jatuh dengan dengan berbagai sebab. Datangnya Covid-19 ikut memukul harga minyak sampai ke tingkat terendah dalam sejarah yakni hingga minus. Namun perlu diingat bahwa harga minyak jatuh merupakan suatu desain, sehingga harga minyak jatuh merupakan kehendak sejarah yang penyebabnya dibikin beragam, salah satunya covid-19.

Jawaban atas pertanyaan bagaimana dengan perusahaan minyak dan batubara atau energi fosil multinasional meminta dana talangan dari negara?. Ini merupakan bagian dari perlawanan mereka terhadap perubahan sistem moneter. Perusahaan minyak raksasa pasti bangkrut dalam gerak perubahan sekarang. Mereka meminta dana talangan merupakan upaya survive semata. Perusahaan minyak dan batubara tidak lagi punya kesempatan utang kepada bank atau global bond sebagaimana yang mereka nikmati dalam satu dekade terakhir yang bisa dikatakan ugal-ugalan.

Tekanan terhadap energi fosil tidak hanya datang dari Covid-19, namun juga datang dari COP 21 Paris. Sebuah komitmen sangat besar untuk mengakhiri energi fosil. Caranya adalah dengan memberlakukan pajak karbon dengan sangat mahal dalam industri dan perdagangan. Akibatnya bank bank tidak lagi leluasa membiayai energi fosil.

Tahun 2025 bank-bank besar yang paling terkemuka akan mengurangi secara significant utang kepada sektor fosil. Tahun 2030 bank bank akan menghentikan total pembiayaan fosil. Ini bukan berarti minyak bukan lagi sebagai komoditi yang diperdagangkan, namun supremasi minyak sebagai jangkar sistem keuangan telah berakhir, sudah selesai petro dolar system.

Ini berarti kita menghadapi patahan sejarah yang penting. Mata uang dolar menjadi sangat independen. Satu sisi dolar semakin leluasa dicetak tanpa dasar apapun, pada sisi lain mata uang dolar makin tidak stabil dan bisa mengarah kepada chaos. Bebarapa negara telah seperti China, Rusia, dll telah mengambil tindakan untuk membentuk sistem moneter baru. Kabarnya dolar harus berbagi lima dalam sistem moneter internasional yang baru.

Keadaan makin kacau dengan munculnya ICT, digitalisasi dan Fintech. Sistem digital Bagaikan badai menyapu semua fondasi moneter dan keuangan dan perdagangan lama. Komunitas digital yang samgat independen bertransformasi menjadi negara dengan penduduk terbesar di dunia yakni negara digital. Facebook pasca akusisi menjadi negara digital dengan 2,5 miliar penduduk dan membentuk mata uang baru. 

Munculnya ICT dengan modul utama yakni transparansi bagaikan badai menghancurkan ekonomi fosil yang selama ini sebagian besar keuangannya telah disembunyikan sebagai dirty money yang dipakai membiayai perang, kudeta, bahkan terorisme. Transparansi merobohkan praktik kotor oligarki fosil yang berkarat selama 100 tahun terakhir.

Bagaimana Indonesia?

Oligarki Indonesia adalah oligarki yang ditopang oleh kekayaan  fosil, minyak dan batubara, tambang. Ibarat nafasnya sudah di sisa di ujung leher, sekaang oligarki ini tengah bertahan (survive). Selain menanggung beban utang besar, oligarki fosil dihadapkan dengan beban biaya produksi yang tidak dapat ditutup oleh penjualan mereka. Perbankan yang membiayai mereka dalam keadaan sekarat. Itulah mengapa mereka oligarki Indonesia  meminta dana talangan sampai Rp 690 T kepada negara. Padahal untuk menyelamatkan keuangan pemerintahan ini saja belum tentu ada uang. Pemerintah dalam

Keadaan tongpes alias kantong kempes, bisa menghitung pengeluaran tapi tidak bisa menghitung sumber pendapatan karena semua sumber sudah kering kerontang. Mau makar?[Fhr]

*) Peneliti dari Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI)


Tinggalkan Komentar