Afrika Selatan dan Hongkong Deteksi Kasus Baru Covid-19 Varian Botswana - Telusur

Afrika Selatan dan Hongkong Deteksi Kasus Baru Covid-19 Varian Botswana

Ilustrasi tenaga kesehatan

telusur.co.id  ─ Dunia kembali digemparkan dengan varian Covid-19 baru yang disebut varian Botswana dengan nama ilmiah B.1.1.529. Negara yang mendeteksi kasus tersebut diantaranya Afrika Selatan dan Hongkong.

Pada 14 November, Afrika Selatan mencatat temuan pertama varian Botswana. Menurut Institut Nasional untuk Penyakit Menular Afrika Selatan, sudah ada 22 kasus varian baru terdeteksi hingga saat ini.

"Kami telah mendeteksi varian baru yang menjadi perhatian di Afrika Selatan. Memiliki jumlah mutasi yang sangat tinggi. Ini menyebabkan banyaknya infeksi," kata ahli virologi Tulio de Oliveira pada konferensi pers, dikutip dari AFP, Jumat (26/11/21).

Para ilmuwan menyebut varian B.1.1.529 memiliki setidaknya 10 mutasi. Jumlah ini lebih banyak dibandingkan dengan dua mutasi untuk varian Delta dan tiga mutasi untuk varian Beta.

Departemen Kesehatan Hong Kong mendeteksi dua kasus Covid-19 varian Botswana pada Kamis (25/11/21). Satu kasus yang ditemukan menimpa seorang pria berusia 36 tahun yang baru saja pulang dari Afrika Selatan. Dia dikabarkan memiliki tes PCR negatif sebelum terbang dari Hong Kong ke Afrika Selatan.

Ia sempat tinggal di Afrika Selatan dari 22 Oktober hingga 11 November. Ia kemudian dites negatif saat kembali ke Hong Kong, tetapi dites positif pada 13 November saat menjalani karantina.

Hongkong juga kembali mendeteksi penambahan satu kasus varian Botswana. Kasus ini terdeteksi pada seorang pria berusia 62 tahun yang menjadi tetangga karantina pria 36 tahun itu. Sebelumnya, pria itu sempat bepergian ke Kanada.

Varian baru ini memicu kekhawatiran para ahli, mengingat varian ini memiliki banyak mutasi dan berpotensi melemahkan kemanjuran vaksin Covid-19 yang ada saat ini. Varian yang pertama kali terdeteksi di Botswana ini memiliki 32 mutasi.

Tingkat mutasi yang tinggi menyebabkan virus corona B.1.1.529 ini dikhawatirkan dapat mempersulit upaya sistem imun untuk menyerang patogen.

"Ini adalah varian yang paling signifikan yang pernah kami temui hingga saat ini dan riset mendesak tengah dilakukan untuk mempelajari lebih lanjut penularan, tingkat keparahan, dan kerentanan varian ini terhadap vaksin," kata Kepala Eksekutif Badan Keamanan Kesehatan Inggris (UKHSA) Jenny Harries.

Laporan: Nadhifa Putri Nauramiyanti


Tinggalkan Komentar