telusur.co.id - Aksi premanisme kembali menghantui ibu kota. Kali ini, kejadian mengerikan terjadi di Gang Royal, Jalan Rawa Bebek RW 013, Penjaringan, Jakarta Utara pada Senin (10/7/23) dini hari, sekitar pukul 03.00 WIB. Korban bernama Fransiskus Dandy Sales meregang nyawa setelah dihakimi oleh enam preman kejam.
Kejadian ini semakin memprihatinkan karena meskipun telah dilaporkan ke Polsek Metro Penjaringan, tidak ada satupun pelaku yang ditangkap hingga saat ini.
Peristiwa tragis ini bermula ketika Dandy Sales bersama temannya, Dedi Son Tapen, hendak pergi ke tempat kerja. Di tengah perjalanan, Dandy mengajak Dedi untuk singgah di salah satu tempat yang dikenal dengan nama Royal. Dandy berdalih ingin menemui kekasihnya yang bekerja di sana.
Saat Dandy masuk ke dalam kawasan Royal, Dedi menunggu di area parkir. Namun, setelah berlalu 20 menit, keributan mengerikan terdengar dari dalam kawasan tersebut. Dedi Son segera mendatangi kejadian tersebut, dan terkejut mendapati Dandy Sales sedang dikeroyok oleh keenam pelaku.
Namun, orang-orang di tempat kejadian meminta Dedi Son untuk tidak ikut campur dalam masalah antara korban dan pelaku.
"Tiba-tiba ada seseorang yang meminta saya untuk memanggil bantuan agar korban dapat diselamatkan dari tempat kejadian. Saya segera pulang ke kosan untuk memberitahu kakak-kakak korban," ungkap Dedi Son kepada awak media pada Jumat (14/7/23).
Setelah menerima informasi tersebut, saudara korban yang bernama Frederick Wilson Afeanpah segera bergerak menuju lokasi kejadian. Dandy Sales sudah dalam keadaan tak sadarkan diri, dan akhirnya dilarikan ke RSUD Cengkareng.
Dandy Sales mengalami luka serius pada bagian kepala yang menyebabkan pendarahan di otak akibat pukulan yang ia terima. Sayangnya, nyawa Dandy tidak dapat diselamatkan, dan ia pun meninggal dunia.
"Sampai saat ini, tidak ada satupun pelaku yang ditangkap atau menjadi tersangka. Padahal, saksi-saksi dan tempat kejadian perkara sudah jelas. Sangat disayangkan bahwa nyawa seorang manusia bisa hilang begitu saja tanpa adanya tindak lanjut," tandas Frederick Wilson dengan penuh kesedihan.
Aksi premanisme itu sontak membuat Masyarakat Jakarta Utara pun kembali dihantui ketakutan oleh keberadaan preman-preman yang semakin berani berbuat kejahatan. Kejadian mematikan ini juga mengundang keprihatinan yang mendalam atas kinerja penegak hukum yang terkesan lamban dan tidak efektif dalam memberantas aksi premanisme yang meresahkan warga kota. [Tp]