telusur.co.id - Anggota Komisi VI DPR RI, Asep Wahyuwijaya, menyampaikan kritik tajam kepada Menteri Perdagangan dalam rapat bersama Komisi VI DPR RI. Ia menyoroti minimnya perhatian Kemendag terhadap target pertumbuhan ekonomi sebesar 8 persen yang menjadi visi Presiden Prabowo Subianto. 

"Saya menyayangkan Pak Menteri tidak meng-highlight target 8 persen ini sebagai bagian dari kontribusi Kemendag. Padahal, itu adalah pencapaian yang harus didukung oleh semua pihak, apalagi kementerian," ujar Asep dalam Rapat Kerja dengan Menteri Perdagangan di Gedung DPR RI, Selasa (20/11/2024). 

Asep mengapresiasi Menteri Perdagangan yang berasal dari kalangan profesional dan teknokrat, berbeda dengan menteri-menteri sebelumnya yang kebanyakan berlatar belakang politisi. Ia berharap pendekatan otentik dan teknokratik dapat menghasilkan peta jalan konkret untuk mencapai target ekonomi tersebut. 

"Kita butuh terobosan, bukan sekadar langkah normatif. Harus ada grand design untuk memastikan kita bisa mencapai angka tersebut, dan kami di DPR siap mendukung penuh," tegasnya. 

### **Krisis Industri Tekstil dan Dampak Impor** 
Dalam paparannya, Asep juga menyoroti kondisi industri tekstil di dapilnya, Kabupaten Bogor, yang mengalami penurunan drastis. Berdasarkan data Apindo tahun 2017, jumlah industri tekstil di daerah tersebut menyusut hingga separuh dalam lima tahun terakhir. 

"Kita amat konsen dengan industri tekstil karena menyerap banyak tenaga kerja. Tapi sekarang, pasar kita dibanjiri produk impor dari Cina, bahkan di pasar tradisional sekalipun. Bagaimana mungkin ini dibiarkan?" katanya dengan nada prihatin. 

Ia mengungkapkan, hampir 60-70 persen komoditas tekstil di Indonesia adalah impor, yang menciptakan tekanan besar bagi industri lokal. Asep juga menyoroti praktik dagang tidak adil, seperti hambatan masuknya produk Indonesia ke negara lain. 

"Indonesia mau masuk ke India saja, barang baru keluar dari pelabuhan bulan Mei atau Juni, padahal masuknya Januari. Sementara, barang dari mereka dengan mudah masuk ke sini," ujarnya. 

Selain industri tekstil, Asep menyoroti nasib petani dan peternak susu yang kerap mengalami kerugian akibat buruknya pengelolaan distribusi. 

"Kita sering dengar petani membuang hasil panen ke jalan atau peternak susu membuang produknya ke kali. Ini harus dihentikan! Kemendag harus memastikan kondisi seperti ini tidak terjadi lagi," tegasnya. 

Di kesempatan yang sama, Asep juga meminta perhatian serius terhadap pertumbuhan UMKM. Ia mengingatkan bahwa UMKM akan menghadapi tantangan besar tahun depan, seiring pemberlakuan tarif pajak penghasilan (PPh) yang normal. 

"Selama ini, UMKM hanya membayar PPh sebesar 0,5 persen. Tahun depan akan naik menjadi 5 persen untuk penghasilan hingga Rp250 juta. Jika tidak didorong, UMKM akan kesulitan berkembang," pungkas Asep.[iis]