Oleh: Lieus Sungkharisma*
ANDA gak pernah denger Anies marah-marah kan? Gak bakal ketemu. Karena Anies memang bukan pemarah. Dia lembut, ramah, dan santun. Bahkan kepada orang yang suka maki-maki sekalipun, Anies tetap bersikap baik.
Giring atau Arde Armando nih, kalau jumpa Anies, pasti disambut dengan senyum. Begitulah Anies, suatu karakter yang harus kita contoh bersama.
Kalau gubernurnya ramah, warganya mesti ramah. Kalau gubernurnya pemaaf, warganya mesti pemaaf. Karakter Anies ini lama kelamaan akan memberi pengaruh pada warga Jakarta. Bahkan mungkin kepada seluruh rakyat Indonesia.
Kita butuh seorang pemimpin yang punya karakter seperti Anies. Ini membuat Jakarta adem. Didemo gak marah, dicaci maki diam. Ini top banget.
Tapi kalau menyangkut soal aturan, Anies orang yang sangat tegas. Gak bisa dibelokin. Ya, reklamasi dan Alexis dibabat habis. Apa aja yang menyangkut soal pelanggaran hukum, Anies sikat. Gak pandang bulu.
Ini orang lurus. Susah disogok. Komunikasi oke, tapi kalau sudah nego untuk hal-hal yang berpotensi merugikan negara, dia tolak dengan tegas. Begini baru pemimpin yang bener.
Orang kadang bilang: Anies Jawa banget. Anies Islam banget. Gue kasih tahu ya, Anies meskipun lahir dan besar di Jawa, tapi gak pernah bersikap diskriminatif. Anies gak pernah nanya asal usul orang. Yang dilihat itu integritas dan kapasitasnya. Bukan Jawa non Jawa.
Dengan gue, Anies deket. Suka ngobrol. Dengan Zeng Wei Jian (Ken Ken) deket. Meski Ken Ken kadang suka kritik dan menyerang, Anies tetap ramah dan terima dia sebagai sahabat. Dengan pendeta dan ulama, Anies juga deket. No rasis.
Emang lu pernah ditanya Anies soal agama? Kagak mungkin pernah. Ditanya tentang etnis? Kagak pernah juga. Soal agama, itu urusan lu. Urusan individu masing-masing. Soal etnis, itu takdir Tuhan dari orok.
ANIES memberi perhatian ke vihara, gereja, masjid, dan semua tempat ibadah. Anies pun datang ke tempat-tempat ibadah itu pada momen tertentu. Meskipun kadang disalahpahami orang-orang yang gak terlalu ngerti tentang agama.
Ke vihara dan gereja dianggap ngerusak akidah. Ke masjid dibilang politik identitas. Begitulah kalau orang selalu berpikirnya politis. Di matanya selalu ada yang salah.
Kepada semua pemeluk agama, Anies berlaku sama. Egaliter sekali. Ramah kepada semua warganya. Kepada orang-orang yang memusuhi aja ramah, apalagi kepada yang tidak memusuhinya.
'Gak apa-apa anda menyerang saya, yang penting anda ikut berkontribusi terhadap Jakarta', begitu kata Anies. Ini artinya Anies menganggap dirinya nomor sekian, yang penting lu pada berbuat untuk Jakarta.
Seolah Anies ingin bilang: gak apa-apa lu caci maki gue, yang penting lu bantu berbuat untuk Jakarta supaya kotanya makin maju dan warganya makin bahagia. Itu yang utama.
*) Penulis adalah Aktivis Tionghoa, koordinator Komunitas Tionghoa Anti Korupsi (KomTak)