telusur.co.id - Di tengah sunyinya kantong Tesso Tenggara, hutan yang kian terhimpit oleh aktivitas manusia seperti perkebunan sawit, pertambangan, dan lainnya. Kini kabar terbaru dari seekor anak Gajah Sumatera (Elephas Maximus Sumatranus) berdiri terpincang.
Tubuhnya kecil, baru berusia sekitar dua tahun, namun beban penderitaannya terlalu besar.
Kaki kanan depannya terjerat tali nilon, luka terbuka membuatnya tak sanggup mengikuti langkah rombongan. Ia tertinggal, sendirian.
Pada Senin, 1 Desember 2025, harapan datang dari kepedulian manusia. Balai Besar KSDA Riau menerima laporan masyarakat melalui call center :
Ada anak Gajah terluka, terpisah dari induk dan kelompoknya, di sekitar areal konsesi salah satu PBPH di Provinsi Riau.
Di alam liar, tertinggal dari rombongan berarti ancaman kematian oleh luka, kelaparan, atau predator.
Tanpa menunda, Kepala BBKSDA Riau, Supartono menurunkan Tim Rescue Wildlife Unit (WRU) yang terdiri dari dokter hewan dan mahout. Menyusuri hutan, mereka akhirnya menemukan si kecil, betina, berat sekitar 400 kg, tinggi 128 cm, dengan mata yang menyimpan ketakutan dan kelelahan. Jerat manusia telah mencuri langkahnya.
Dengan kehati-hatian tinggi, karena rombongan Gajah dewasa berada sekitar satu kilometer dari lokasi, tim melakukan pembiusan.
Jerat tali nilon dilepas dari kaki kanan depan. Luka dibersihkan, diobati. Terapi cairan diberikan agar ia tak dehidrasi, vitamin untuk menopang tubuhnya, antibiotik mencegah infeksi sekunder, serta antiradang dan antiinflamasi untuk meredakan peradangan. Tiga jam berlalu dalam senyap dan doa.
Saat bius memudar, anak Gajah itu berdiri kembali. Masih tertatih, namun hidup. Ia dilepaskan di lokasi semula, bukan dipindahkan, agar punya kesempatan menemukan kembali keluarga besarnya yang berjumlah sekitar 30 individu di kantong Tesso Tenggara. Alam adalah rumahnya, dan keluarga adalah obat terbaiknya.
Hari-hari berikutnya, tim terus memantau dengan drone dan pengawasan lapangan. Hingga akhirnya kabar yang dinanti tiba.
Anak Gajah itu telah bergabung kembali dengan rombongannya. Di balik rimbun hutan, ada pertemuan sunyi, tanpa sorak, tanpa kamera, hanya napas lega dari makhluk-makhluk yang selamat.
Kepala BBKSDA Riau menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya kepada tim dan seluruh pihak yang terlibat. Kisah ini bukan sekadar penyelamatan satu individu, melainkan pengingat pahit-manis jerat manusia telah melukai, tetapi kepedulian manusia juga bisa menyembuhkan.
Di Tesso Tenggara, seekor anak Gajah kembali melangkah bersama keluarganya. Semoga hutan memberinya masa depan, dan manusia belajar menjaga, bukan menjebak, apa lagi membunuh.
Kau Peduli, Aku Lestari.
Salam Lestari !
Sumber : Pemerhati Satwa dan Koordinator Aliansi Pecinta Satwa Liar Indonesia (APECSI), Singky Soewadji via WhatsApp, pada Senin (15/12/2025).



