telusur.co.id - Angkatan Bersenjata Iran telah menggarisbawahi tekad kuat Republik Islam itu untuk membalaskan dendam pemimpin Hamas Ismail Haniyeh, yang dibunuh di ibu kota Teheran pada bulan Juli lalu, dan memperingatkan Amerika Serikat dan Israel bahwa berlalunya waktu tidak akan menghalangi pembalasan Iran.
Dilansir Presstv, pernyataan tersebut disampaikan Staf Umum Angkatan Bersenjata Republik Islam Iran pada hari Kamis (19/9/24) pada Pekan Pertahanan Suci, yang menandai dimulainya perang delapan tahun yang dipaksakan terhadap Iran pada tahun 1980-an oleh diktator Irak saat itu, Saddam Hussein.
Memuji pencapaian menakjubkan Iran selama bertahun-tahun setelah berakhirnya Pertahanan Suci di berbagai bidang ilmu pengetahuan, budaya, ekonomi dan teknologi, pernyataan itu mengatakan bahwa prestasi epik tersebut telah berubah menjadi contoh dan simbol yang jelas tentang perlawanan dan pencegahan terhadap front anti-imperialis dan anti-Zionis untuk gerakan perlawanan di Yaman, Lebanon, dan Palestina yang diduduki.
Pernyataan itu menekankan tekad dan tekad kuat Angkatan Bersenjata Iran untuk melanjutkan jalur pertumbuhan dan keunggulan demi memberikan perdamaian dan keamanan abadi bagi masyarakat Iran.
Menekankan bahwa Iran telah memenuhi janji-janjinya untuk membalas dendam dalam kasus-kasus Jenderal Qassem Soleimani dan serangan terhadap Kedutaan Besar Iran di Suriah, pernyataan tersebut mengatakan, “Berlalunya waktu tidak akan mengikis kehendak Republik Islam terkait balas dendam atas pembunuhan pengecut terhadap Syuhada Ismail Haniyeh, dan rezim Zionis yang membunuh anak-anak harus membayar atas kesalahannya yang bodoh dan keji.”
Angkatan Bersenjata Iran juga menggarisbawahi bahwa pembunuhan rezim Zionis Israel terhadap warga tak berdaya di Gaza dan dukungan membabi buta AS dan negara-negara Barat menunjukkan bahwa semua konvensi dan perjanjian internasional serta lembaga dan organisasi hak asasi manusia, tak terkecuali Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), tidak dapat bertahan menghadapi kekejaman dan kejahatan rezim penjajah dan tidak akan meminta pertanggungjawaban mereka.
Kepala Biro Politik gerakan perlawanan Palestina (Hamas), Ismail Haniyeh, dibunuh bersama salah satu pengawalnya di ibu kota Iran, Teheran, pada tanggal 31 Juli, sehari setelah ia menghadiri upacara pelantikan Presiden Iran Masoud Pezeshkian.
Menyusul pembunuhan Haniyeh, Pemimpin Besar Revolusi Islam Ayatollah Seyyed Ali Khamenei berjanji bahwa Republik Islam akan memberikan “tanggapan keras” terhadap kekejaman tersebut.
Pembunuhan tersebut terjadi di tengah agresi berdarah Israel ke Gaza, yang sejak Oktober tahun lalu telah merenggut nyawa lebih dari 41.270 warga Palestina, sebagian besar dari mereka adalah perempuan dan anak-anak. [Tp]