telusur.co.id - Bakal Calon Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa menggelar pertemuan dengan keluarga besar Persekutuan Gereja-Gereja Pentakosta Indonesia (PPGI) dan Persekutuan Gereja-Gereja dan Lembaga-Lembaga Injili Indonesia (PGLII) Jawa Timur di Surabaya. Minggu, (04/8/2024).
Dalam pertemuan yang dihadiri oleh 40 orang pendeta dari berbagai kabupaten/ kota tersebut, Khofifah mengajak jajaran pendeta yang tergabung dalam PPGI maupun PGLII untuk bersama sama membangun harmonious partnership demi terwujudnya kedamaian dan kesejahteraan warga masyarakat Jatim.
“Pentingnya ada pertemuan semacam ini adalah agar ada meeting of mind atau titik temu cara pandang antara kita bersama. Apa yang menjadi rekomendasi tersampaikan sehingga muncul yang namanya mutual understanding,” jelas mantan Mensos RI ini.
“Ketika sudah muncul mutual understanding maka solusi akan semakin mudah dicari. Dengan begitu juga akan muncul mutual trust dan mutual respect. Bangunan ini akan menciptakan harmoni di antara kita semua,” urai mantan Menteri Pemberdayaan Perempuan ini.
Lebih lanjut, perempuan yang juga Ketua Umum PP Muslimat NU ini menegaskan bahwa, keberagaman Indonesia adalah sebuah kekuatan. Namun dengan catatan dalam keberagaman tersebut harus tercipta keseimbangan dan saling menguatkan. Yang mana kekuatan ini sangat penting dalam mewujudkan kemajuan pembangunan Jawa Timur.
“Bagi kita sangat penting untuk menempatkan Jatim sebagai center of gravity. Saya sering menyampaikan bahwa ketika IKN resmi difungsikan maka defacto ibu kota negara Indonesia adalah Jawa Timur. Mengingat sektor pendidikan maupun kesehatan di Jatim relatif memenuhi standart internasional,” ujar Gubernur Jatim periode 2019-2024 ini.
Oleh sebab itu, Khofifah sering menyampaikan setiap ada pergantian pejabat seperti, Kapolda, Pangdam V/Brawijaya, Kajati, Pangdivif 2 Kostrad serta Pangko Armada II bahwa, Jatim tidak boleh batuk. Karena jika batuk maka droplet-nya akan sampai ke ibukota.
“Harmonious partnership harus kita bangun. Terutama untuk menyelesaikan kerja-kerja yang telah kita inisiasi bersama selama lima tahun ke belakang. Karena masih ada PR besar yang harus kita selesaikan, salah satunya yaitu masalah ketimpangan percepatan pembangunan utara dan wilayah selatan,” sambung eks gubernur perempuan pertama Jatim ini.
Dikatakan Khofifah bahwa, wilayah selatan cenderung lebih lambat kecepatan pembangunan dan kemajuan ekonominya dibandingkan wilayah utara.
Hal ini tidak terjadi di Jawa Timur saja, melainkan juga di provinsi lain di Indonesia, bahkan di tataran negara negara dunia. Bahkan di tataran internasional atau global ada organisasi khusus yang merupakan kumpulan kolaborasi negara selatan-selatan (south south collaboration) untuk menggenjot percepatan pembangunan wilayah selatan.
“Dalam lima tahun kepemimpinan kami kemarin sebenarnya sudah ada prioritas untuk pengembangan dan pembangunan di wilayah selatan Jawa timur salah satunya adalah dengan inisiasi pembangunan kawasan Selingkar Wilis,” beber Ketum IKA Unair ini.
Tidak hanya itu, dalam kesempatan ini, Khofifah juga menyampaikan bahwa, pekerjaan rumah yang juga harus diselesaikan adalah terkait percepatan peningkatan kualitas SDM. Dari segi indeks pembangunan manusia (IPM) selama lima tahun ke kepemimpinan Khofifah, memang telah banyak meningkat secara signifikan.
Salah satunya di bidang pendidikan. Di sektor ini bahkan legacy yang sangat prestisius yang berhasil dilakukan Khofifah salah satunya adalah dibukanya kampus King’s College London di KEK Singhasari Malang. Yang saat ini sudah selesai proses rekrutmennya dan siap dimulai kegiatan perkuliahan di bulan September 2024.
“Banyak yang tidak percaya Jawa Timur berhasil menggandeng KCL untuk membuka kampus di Jawa Timur. Namun dengan semangat agar SDM Jawa timur bisa meningkat di tengah perkembangan yang pesat di sektor industri manufaktur maka alhamdulillah KCL bisa membuka kampusnya di Jawa Timur,” urai Ketua Dewan Pembina Yayasan Khadijah ini.
Pada bulan September 2024 ini, akan dimulai untuk dua program studi yaitu program studi digital economi dan digital future. Dua prodi ini sangat prestisius untuk diikuti oleh masyatakat Jatim.
Dikatakannya bahwa, mencangkok atau mempercepat peningkatan kualitas SDM di Jatim adalah sebuah kebutuhan yang tidak bisa ditunda tunda. Sebab per Mei 2024 ini, sektor industri manufaktur Jatim sudah mencapai 35 persen. Jauh di atas capaian nasional, karena Presiden Jokowi sempat menyampaikan bahwa, target industri manufaktur di Indonesia di tahun 2045 harus mencapai 30 persen. Sedangkan Jatim sudah mencapai 35 persen di Mei tahun 2024.
“Maka meningkatkan kualitas SDM tidak bisa lagi ditawar. Karena jangan sampai anak-anak Jatim menjadi penonton di tengah pesatnya perkembangan industri manufaktur Jatim,” tukas mantan Wakil Ketua DPR RI ini.
Di akhir, Khofifah Kembali menyampaikan bahwa, kesejahteraan dan pembangunan Jawa Timur tidak bisa dilakukan tanpa adanya harmonious partnership di antara semua pihak.
“Mari bergandengan tangan, menjaga kondusivitas Jatim, mewujudkan kemajuan pembangunan warga masyarakat Jawa Timur,” ajak Anggota DPR RI periode 2004-2009 ini. (ari)