Catatan Akhir Tahun Ekonomi Syariah: Menuju Arus Utama Perekonomian Nasional dan Target Investasi 2026 - Telusur

Catatan Akhir Tahun Ekonomi Syariah: Menuju Arus Utama Perekonomian Nasional dan Target Investasi 2026

Wakil Rektor Universitas Paramadina Dr. Handi Risza

telusur.co.id - Wakil Rektor Universitas Paramadina sekaligus Ekonom CSED Indef, Dr. Handi Risza, memberikan tinjauan kritis dan optimistis terhadap perjalanan ekonomi syariah Indonesia sepanjang tahun 2025. Dalam catatan akhir tahunnya, ia menyoroti transformasi besar dari dominasi sektor keuangan menuju penguatan sektor riil dan industri halal.

Dr. Handi Risza menjelaskan bahwa perkembangan ekonomi dan keuangan syariah di Indonesia kini mulai bergerak ke arah yang lebih ideal. Menurutnya, semestinya ekonomi berkembang lebih dahulu sektor riil-nya lalu menyusul sektor keuangan.

"Perkembangan ekonomi dan keuangan syariah di Indonesia dimulai dan lebih didominasi oleh sektor keuangan tetapi kini mulai bergerak menuju sektor riil dan arus utama perekonomian nasional. Sektor industri halal, mulai memainkan peran penting terhadap pertumbuhan ekonomi nasional," ujar Handi dalam keterangan tertulisnya.

Ia menambahkan bahwa transformasi ini perlu tetap dijaga agar pada tahun 2026 nanti, perkembangan ekonomi dan keuangan syariah tetap inklusif dan berkelanjutan. Handi juga melihat potensi besar pada tahun 2026 yang didukung oleh kehadiran Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH) sebagai LPNK langsung di bawah Presiden, serta peluang strategis pada program Makan Bergizi Gratis (MBG) dengan anggaran sebesar Rp335 triliun.

Secara internasional, posisi Indonesia semakin kokoh. Handi memaparkan bahwa dalam State of the Global Syariah Economy (SGIE) Report 2024/2025, Indonesia berhasil mempertahankan posisi ketiga dunia dengan skor Global Islamic Economy Indicator (GIEI) 99,9, meningkat 19,8 poin dari tahun sebelumnya.

"Capaian paling menonjol dalam SGIE 2024/2025 adalah keberhasilan Indonesia mencatat investasi halal tertinggi di dunia. Sebanyak 40 transaksi senilai USD 1,6 miliar terealisasi sepanjang tahun 2023, meliputi sektor makanan halal, kosmetik, farmasi, teknologi halal, dan gaya hidup Muslim," ungkapnya. Menurutnya, angka ini membuktikan kepercayaan investor yang tinggi sekaligus memperkuat peran Indonesia sebagai pusat investasi halal global.

Meski mencatat prestasi gemilang, Dr. Handi Risza mengingatkan adanya sejumlah Pekerjaan Rumah (PR) yang ditinggalkan tahun 2025. Ia menyoroti data Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) OJK 2025 yang menunjukkan ketimpangan antara pemahaman dan penggunaan produk syariah.

Handi menyebutkan bahwa tingkat literasi keuangan Syariah di Indonesia sudah mencapai 43,42%, namun tingkat inklusi keuangan syariah bertahan di angka 13,41%. Hal ini berarti masih terdapat 30,01% orang yang memahami keuangan syariah namun belum memanfaatkannya secara nyata. "Perlu terobosan dan inovasi yang masif untuk mendekatkan informasi dan akses terhadap ekonomi dan keuangan Syariah kepada masyarakat hingga ke daerah-daerah," tegasnya. [ham]


Tinggalkan Komentar