Cegah Stunting, Kementan Dorong Peningkatan Konsumsi Protein Hewani  - Telusur

Cegah Stunting, Kementan Dorong Peningkatan Konsumsi Protein Hewani 


telusur.co.id - Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH), Kementerian Pertanian (Kementan), mengajak peran lintas sektoral bersinergi untuk meningkatkan pendidikan masyarakat agar mengkonsumsi pangan asal hewan yang Aman, Sehat, Utuh dan Halal bagi yang dipersyaratkan (ASUH). Hal ini sebagai dukungan terhadap Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas) dan Pencegahan Stunting. 

Direktur Kesehatan Masyarakat Veteriner (Kesmavet), Syamsul Maarif mengatakan, semua pihak harus berupaya untuk membangun komunikasi agar dapat memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang pentingnya pemenuhan gizi yang bersumber dari protein hewani.

"Kegiatan hari ini merupakan salah satu dukungan nyata Kementan untuk suksesnya Germas dan pencegahan stunting," kata Syamsul yang mewakili Dirjen PKH dalam Koordinasi Kegiatan Penyusunan Strategi Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) Konsumsi Protein Hewani, Senin (14/6/21).

Syamsul menjelaskan, Ditjen PKH akan terus berupaya mengambil peran untuk mengemas informasi tentang pentingnya pangan hewani yang kaya akan asam amino esensial yang baik untuk kesehatan dan tentunya juga sangat diperlukan bagi pertumbuhan optimal, terutama pada 1000 HPK (Hari Pertama Kehidupan). 

Pemberian protein hewani tidak harus mengeluarkan biaya yang mahal, setidaknya ada empat sumber protein hewani yang baik dikonsumsi dan mudah didapat diantaranya susu, telur, ikan dan daging ayam. 

Kementerian Pertanian terus mendorong pemenuhan protein hewani bagi masyarakat dengan produksi dalam negeri. Hal ini dilakukan dengan terus meningkatkan produksi ternak serta memberikan ragam pilihan protein hewani bagi masyarakat dari produk daging, susu dan telur ungkapnya.

Ia juga memastikan Ditjen PKH juga siap untuk mengambil peran dan berkontribusi dalam menyusun rencana aksi nasional untuk mensukseskan program Germas dan percepatan pencegahan stunting. 

Namun, masih diperlukan penyusunan tahapan aksi strategi Komunikasi, Informasi dan Edukasi Protein Hewani  terutama untuk mengidentifikasi pesan kunci,  sasaran/target serta pemilihan media komunikasi yang digunakan. 

"Kementan dengan tugasnya dalam penyediaan pangan harus didukung dengan upaya komunikasi, edukasi, informasi dan promosi kepada masyarakat melalui peran serta stakeholders khususnya di sektor peternakan," paparnya.

Ke depannya, Syamsul berharap seluruh stakeholder terkait dengan segala sumber daya yang dimilikinya dapat mendukung upaya promosi protein hewani asal hewan dan edukasi kepada masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang pangan yang aman, bermutu, dan bergizi bagi konsumsi masyarakat yang juga sejalan dengan tujuan penyelenggaran pangan sebagaimana diamanatkan dalam UU Nomor 18 Tahun 2012 tentang pangan.

"Maka kita harus kampanyekan bentuk strategi KIE yang terprogram dan terintegrasi dengan melibatkan semua lintas sektor. Sehingga masyarakat memiliki pengetahuan yang baik tentang pangan asal hewan yang ASUH untuk meningkatkan konsumsi per kapita protein hewani di Indonesia," tutur Syamsul. 

Kepala Pusat Kajian Gizi dan Kesehatan FKM UI, Ahmad Syafiq mengatakan, salah satu tantangan dalam mempromosikan protein hewani ini adalah adanya informasi hoax tentang pangan asal hewan yang imbasnya dapat menyebabkan keresahan masyarakat dan cenderung menyesatkan sehingga berdampak pada perubahan prilaku masyarakat.

Ia mengimbau, agar masyarakat bisa mengidentifikasi pemberitaan yang sering muncul dan perlu diluruskan. Selain itu tingkat edukasi dan literasi gizi dan kesehatan yang masih rendah, pengaruh media dalam membentuk pemahaman publik, politisasi pesan gizi dan kesehatan serta kurangnya keterampilan komunikasi juga menjadi tantangan dalam upaya komunikasi, informasi, edukasi dan advokasi.

Perwakilan Direktorat Gizi Kemenkes, Evi Fatimah menyampaikan pihaknya menyambut baik rencana Penyusunan Strategi KIE untuk meningkatkan konsumsi sumber protein hewani ini. 

Karena program ini selaras dengan program percepatan penurunan stunting dari Kemenkes, di antaranya untuk meningkatkan kualitas asupan kelompok 1.000 HPK, dimana hasil Studi Diet Total tahun 2014 menyebutkan hampir 50% anak Balita Indonesia mengkonsumi protein hewani di bawah angka yang direkomendasikan.[Fhr]


Tinggalkan Komentar