Oleh: Suroto*

Bernie Sanders yang sempat menjadi kandidat Presiden dari Partai Demokrat Amerika Serikat mengungkap kesenjangan ekonomi disana. Disparitasnya sangat parah. Tapi ternyata lebih parah di Indonesia, bahkan jika dibandingkan dengan rata-rata dunia sekalipun.  

Rasio Gini Kekayaan kita sudah 0,77 desimal. Dari 83 persen orang dewasa Indonesia hidup dengan kepemilikan kekayaaan di bawah 150 juta. Rata rata dunia hanya 58 persen. Orang-orang dewasa Indonesia itu yang punya kekayaan di atas 1,5 milyard hanya 1,1 persen. Sementara rata rata dunia itu 10,6 persen. (Suisse Credit, 2021) 

Dari gambaran kedalamanya dapat dibaca juga dari laporan Oxfarm. Dari 4 anggota keluarga di Indonesia itu kekayaanya sama dengan 100 juta rakyat Indonesia yang termiskin (Oxfarm, 2020). 

Orang-orang kaya itu saat pandemi tabungannya meningkat tajam hingga 14 persen di bank. Bukan menyusut. Sementara rakyat Indonesia tiba-tiba 30 juta jadi penerima santunan sosial dari negara akibat krisis ekonomi pandemi. 

Kita ini mengaku sebagai negara Pancasila dan mengaku hidup dalam gotong royong. Tapi tidak dalam praktek. Dalam keseharian perilaku 1 persen orang-orang kaya itu nyaman hidup menikmati eksploitasi kemanusiaan, eksploitasi alam.

Gaji yang digambarkan perkalian gaji pekerja dengan jabatan terbawah dibandingkan Presiden Direkturnya hingga 350 kali lipat di Amerika, di Indonesia bahkan bisa sampai 2.200 kali lipat. 

Oligarki di republik ini telah mencengkeram begitu kuatnya. Mereka elit kaya dan elit politik sudah tidak bisa dipisahkan. Mereka sudah sublim, dan mewakili suara dan aspirasi kita. 

Negara tak lagi dikendalikan, tapi mereka telah merangsek masuk kuasai negara secara banal, kasar. Melalui praktek demokrasi ultra liberal model Anglo Amerika mereka telah sabotase negara.  

Kekayaan dan kekuasaan elit kaya dan elit politik itu semakin terkonsentrasi, akumulatif dan monopolistik. Sehingga kebijakan negara yang mereka tentukan itu didasarkan pada apa yang baik untuk mereka itu baik pula untuk rakyat Indonesia. 

Pemilu 2024 sebentar lagi. Nama nama yang berseliweran di media sosial lagi lagi elit kaya dan elit politik itu lagi. Apakah kita telah kehilangan imajinasi?[***] 

*) Ketua AKSES