telusur.co.id - Perkiraan dampak perubahan cuaca harus diantisipasi dengan sejumlah langkah yang adaptif di sejumlah bidang, agar proses pembangunan nasional dapat mencapai target yang telah ditetapkan.
"Faktor dampak perubahan iklim harus menjadi salah satu dasar pertimbangan dalam menerapkan sejumlah program pada proses pembangunan," kata Wakil Ketua MPR RI, Lestari Moerdijat dalam keterangan tertulisnya, Kamis (4/1).
Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) memprediksi El Nino setidaknya bisa bertahan hingga Maret 2024. Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memperkirakan kemarau pada 2024 tidak akan sekering 2023, meski begitu tetap perlu diwaspadai potensi kebakaran hutan dan lahan di tahun ini.
Sepanjang tahun 2024, gangguan iklim dari Samudra Pasifik yaitu El Nino-Southern Oscillation
(ENSO) diperkirakan akan berada pada fase El Nino Lemah–Moderat yang terjadi di awal tahun.
Menurut Lestari, sejumlah perkiraan tersebut harus diantisipasi dampaknya terhadap keberlangsungan program dalam proses pembangunan.
Diakui Rerie, sapaan akrab Lestari, dinamika perubahan iklim akan berdampak pada sejumlah sektor antara lain sektor pertanian, kesehatan hingga lingkungan hidup.
Sejumlah sektor tersebut, tambah Rerie, sangat mempengaruhi proses pembangunan fisik maupun sumber daya manusia nasional.
Karena itu, ujar Rerie yang juga anggota Komisi X DPR RI dari Dapil II Jawa Tengah itu, kewaspadaan terhadap dampak perubahan iklim harus konsisten ditingkatkan agar sejumlah program akselerasi pembangunan dapat direalisasikan sesuai rencana.
Anggota Majelis Tinggi Partai NasDem itu berharap semua pihak menjadikan data perkiraan cuaca sebagai salah satu dasar pertimbangan dalam merencanakan sejumlah program dalam proses pembangunan.
Sehingga, tegas Rerie, berbagai program yang direncanakan dalam setiap tahapan pembangunan dapat direalisasikan dengan tepat waktu dan sasaran.[iis]