DPR: Peneliti BRIN yang Bikin Heboh Harus Ditindak - Telusur

DPR: Peneliti BRIN yang Bikin Heboh Harus Ditindak


telusur.co.id - Anggota Komisi VII DPR dari Fraksi PKS, Mulyanto, mengecam perbuatan peneliti BRIN, Andi Pangerang Hasanudin, yang menebar ancaman ingin membunuh warga Muhammadiyah melalui akun media sosial facebook-nya. 

Menurut Mulyanto, perbuatan itu sangat tidak pantas dilakukan seorang peneliti lembaga riset Pemerintah yang dibiayai oleh uang rakyat. 

Mulyanto minta Kepala BRIN, Laksana Tri Handoko, segera mengambil sikap tegas atas perbuatan anak buahnya tersebut. Perbuatan AP Hasanudin ini sangat jauh dari etika peneliti, karena menebar ancaman pembunuhan kepada pihak tertentu. 

"Belakangan pelakunya juga sudah membuat surat pernyataan yang mengakui perbuatannya dan tidak menyatakan penyesalannya apalagi merasa bersalah. Karena itu perbuatannya harus ditindak tegas," kata Mulyanto kepada wartawan, Senin (24/4/23).

Mulyanto menambahkan, pernyataan peneliti BRIN tersebut mencerminkan sikap intoleran, radikal, kebencian dan kekerasan. 

Padahal, etika yang diharapkan dari seorang peneliti di lembaga riset dan teknologi adalah sikap yang toleran, rasional, obyektif dan berbasis ilmiah.

"Harus diperingatkan dan ditegur keras karena perbuatannya merusak reputasi BRIN, yang sudah makin merosot. Kepala BRIN harus segera bertindak tegas. Ini tidak bisa dibiarkan dan tidak cukup dengan meminta maaf. Saya sendiri sudah mengirim pesan singkat kepada Kepala BRIN," kata Mulyanto. 

Sebelumnya nama Andi Pangerang Hasanuddin, peneliti BRIN, sontak viral di media sosial. Viralnya nama Andi karena diduga telah mengunggah komentar bernada ancaman pembunuhan terhadap warga Muhammadiyah.

Pernyataan ancaman Andi itu disampaikan melalui kolom komentar Facebook milik Profesor Riset Astronomi dan Astrofisika BRIN, Thomas Djamaludin. Belakangan, Andi yang juga pakar astronomi dari BRIN itu meminta maaf.

Peristiwa ini bermula dari pernyataan Thomas yang menuliskan jika keputusan Muhammadiyah tentang penentuan tanggal Idulfitri 1444 Hijriah yang berbeda dengan pemerintah. Thomas menilai Muhammadiyah sudah tidak taat kepada pemerintah.

Status Thomas ini kemudian dikomentari oleh Andi yang berisikan pernyataan berbau ancaman dengan menyebut akun Ahmad Fauzan S.

“Perlu saya halalkan gak nih darahnya semua Muhammadiyah? Apalagi Muhammadiyah yang disusupi Hizbut Tahrir melalui Gema Pembebasan? Banyak bacot emang!!! Sini saya bunuh kalian satu-satu. Silakan laporkan komen saya dengan ancaman pasal pembunuhan! Saya siap dipenjara. Saya capek lihat kegaduhan kalian,” tulis akun Andi.

Thomas mengatakan telah menegur Andi, rekan sesama penelitinya itu. Thomas mengatakan Andi telah menyatakan penyesalannya terhadap postingan tersebut. “Saya tegur, ini terlalu berlebihan dan dia mengatakan menyesal,” kata Thomas seperti dikutip.

Thomas berujar, Andi juga telah berencana menyampaikan permintaan maaf. Namun, dia belum mengetahui kanal atau bentuk surat permintaan maaf seperti apa yang akan dilakukan oleh Andi. “Beliau akan menulis surat permintaan maaf,” kata Thomas.

Thomas menduga, Andi sampai mengunggah komentar tersebut karena tersinggung dengan pernyataan Ahmad Fauzan. Karena itulah, kata Thomas, Andi menyebut akun Ahmad Fauzan dalam unggahannya yang berbau ancaman. Namun, kata Thomas, unggahan Ahmad Fauzan itu saat ini sudah tidak ditemukan. “Saya tidak tahu pernyataan apa,” kata dia.[Fhr


Tinggalkan Komentar