telusur.co.id - Kementerian Koperasi dan UKM mengapresiasi perjalanan 10 tahun Du Anyam yang telah berhasil memperkenalkan hasil karya para wirausaha perempuan, khususnya para mama di Larantuka, Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT) ke kancah global.
MenKopUKM, Teten Masduki mengatakan, hal tersebut sejalan dengan visi KemenKopUKM dalam mendukung dan mengembangkan wirausaha muda, termasuk dari kalangan perempuan.
"Peran Du Anyam patut kita apresiasi. Du Anyam telah berhasil menjadi agregator dalam menghubungkan dan mendukung produksi anyaman perempuan pengrajin NTT yang ada di desa ke pasar yang lebih luas, serta memberikan dampak ekonomi terhadap para perempuan di desa–desa terpencil dan turut melestarikan warisan budaya," kata Teten secara virtual dalam seremoni pelepasan ekspor kerajinan anyaman lontar dari Kabupaten Flores Timur ke pasar global di Flores Timur, NTT, Jumat (13/9/24).
Menurut Teten, kemitraan strategis antara Du Anyam dan KemenKopUKM telah menjadi contoh nyata, bagaimana pemerintah dapat bekerja sama dengan wirausaha sosial yang akan menjadi kunci dalam mendorong pertumbuhan ekonomi berbasis masyarakat.
KemenKopUKM juga telah melaksanakan program peningkatan kapasitas wirausaha dengan memberikan fasilitasi inkubasi wirausaha melalui lembaga inkubator, baik perguruan tinggi negeri atau swasta, serta pemerintah daerah tingkat provinsi juga di kota dan kabupaten.
"Saya meminta pemerintah daerah untuk melihat dan mengembangkan potensi atau keunggulan dari daerah masing-masing. Sebagai contoh seperti apa yang dilakukan oleh Du Anyam yang berinovasi menciptakan ekonomi baru bernilai tinggi hingga produknya berhasil diterima di kancah global lewat anyaman yang terbuat dari daun lontar," ujar Menteri Teten.
Teten juga mengapresiasi Bank DBS Indonesia dan DBS Foundation yang senantiasa terus mendukung dan membina wirausaha sosial melalui program mentoring dan pendanaan, untuk tumbuh dan berkembang hingga ke tingkat internasional.
Hal ini membuktikan bahwa kolaborasi antara sektor swasta dan pemerintah dapat memajukan industri kewirausahaan sambil mengatasi isu-isu sosial.
Plt Deputi Bidang UKM, KemenKopUKM, Temmy Setya Permana menambahkan, model bisnis yang dilakukan Du Anyam merupakan hal yang perlu diapresiasi dan juga dicontoh oleh berbagai pihak.
Pasalnya, penggunaan sumber daya alam lokal unggulan dapat menjadi pendorong bagi pertumbuhan ekonomi dan juga pendapatan masyarakat setempat.
“Kita mendorong produk yang mungkin selama ini tidak terbayangkan. Jadi produk seperti ini yang kita harapkan untuk ekspor. Maka kami sangat support. Dukungan dari berbagai pihak juga terlihat sangat baik untuk mendorong produk dari NTT yang memang punya bahan baku melimpah. Jadi kami mendorong penggunaan sumber daya lokal unggulan yang bisa bernilai tambah yang ujungnya meningkatkan pendapatan daerah. Jadi kami harapkan model bisnis seperti ini bisa direplikasi oleh semua pihak,” kata Temmy.
Di tempat yang sama, Founder Du Anyam, Hanna Keraf menambahkan, Du Anyam selalu percaya bahwa potensi anyaman lontar dari NTT dapat menjadi kekuatan besar yang tidak hanya memperkuat ekonomi lokal, tetapi juga membawa dampak sosial yang signifikan.
Bagi masyarakat NTT, terutama di Pulau Rote dan Sabu, pohon lontar memiliki peran penting bagi kehidupan masyarakat di dalamnya. Manfaat besar lontar dalam berbagai sektor kehidupan bahkan membuat masyarakat setempat menyebutnya sebagai pohon kehidupan.
“Dengan memanfaatkan keterampilan turun-temurun menganyam daun lontar, kami tidak hanya menciptakan produk bernilai, tetapi juga memberikan kemampuan dan kesempatan bagi perempuan untuk dapat mengambil keputusan sendiri, menjadi pemimpin bahkan merencanakan masa depan diri dan anak-anak kami," ujarnya.
Adapun hingga September 2023, Du Anyam telah mengirimkan 13 kontainer produk untuk memenuhi permintaan pasar domestik dan internasional. Produk anyaman lontar dari NTT kini telah hadir di 52 negara, dengan target penjualan lebih dari 450.000 produk hingga 2028.
Saat merenungi satu dekade perjalanan ini, Du Anyam tetap berkomitmen pada nilai-nilai inti seperti pemberdayaan perempuan, keberlanjutan, dan pelestarian budaya. Perjalanan 10 tahun ini juga jadi bukti Du Anyam sebagai kewirausahaan sosial bisa bertahan sampai sekarang dan teguh pada komitmen awal.
“Kami berkomitmen untuk terus berinvestasi dalam pengembangan keterampilan para penganyam, memperluas pasar, dan berinovasi dalam produk-produk kami. Ke depan, kami akan terus berupaya untuk berkontribusi pada ekonomi hijau yang berkelanjutan,” tutur Hanna.
Head of Group Strategic Marketing & Communications Bank DBS Indonesia, Mona Monika, mengatakan bahwa sejak menerima dukungan hibah dari DBS Foundation pada 2017, Du Anyam telah mampu memanfaatkan potensi besar mereka untuk memberikan dampak sosial yang positif melalui pemberdayaan perempuan, khususnya di wilayah NTT.
"Dengan dukungan DBS Foundation, Du Anyam mampu mewujudkan spark-nya memberikan dampak sosial secara positif, memberdayakan perempuan, meningkatkan taraf hidup perekonomian, dan mendorong keberlanjutan melalui praktik usaha yang bertanggung jawab," kata Mona Monika.
Pj. Bupati Flores Timur, Sulastri Rasyid mengatakan bahwa Du Anyam telah berperan secara nyata dalam pengembangan wirausaha perempuan di Flores Timur. Dia juga meyakini Du Anyam akan menjadi wadah yang mampu meningkatkan ekonomi bagi para mama di Flores Timur.
“Semoga dengan ulang tahun ke-10 ini membuat Du Anyam dan perempuan di Flores Timur semakin inovatif dan kreatif dalam berkarya yang bisa mengangkat harkat dan martabat perempuan Flores Timur di Indonesia dan dunia. Untuk mendukung Du Anyam, kami melalui Dinas Perkebunan akan membuat kebijakan penanaman kembali pohon lontar agar pohon ini tidak punah serta dapat tumbuh sepanjang masa di daerah Flores Timur ini,” ujar Sulastri.[Fhr]