telusur.co.id -Golkar saat ini tengah dilirik oleh sejumlah partai politik untuk bergabung di koalisi mereka. Sementara, rencananya PDIP akan berkunjung ke PAN dan PPP, yang merupakan anggota Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) bersama Golkar. 

“Melihat ini, masih sangat cair, artinya membuka peluang manapun untuk menjajaki koalisi,” tegas Pengamat Politik dari Universitas Padjajaran Firman Manan, Rabu (15/2/2023). 

Dia mencontohkan, wacana menyatukan KIB dengan Koalisi Gerindra-PKB, semua itu masih sangat fleksibel. Pun rencana kunjungan PDIP ke sejumlah partai. Selama belum jelas sikap PDIP, maka manuver politik akan terus terjadi.

“PDIP belum jelas siapa yang akan diusung, indikasi berkoalisi dengan siapa juga belum. Namun saya yakin PDIP akan berkoalisi,” sebut Firman yang juga menjabat sebagai Direktur Eksekutif IPRC ini. 

Selain PDIP, posisi Golkar juga dianggap seksi. Tidak heran partai seperti PKS dan PKB ingin Golkar bergabung dengan koalisi mereka. 

“Golkar sebagai partai memang harus diakui mesin partai cukup efektif, tentu Golkar menjadi variabel yang menentukan perolehan suara cukup tinggi, dan mudah membangun koalisi dengan golkar,“ kata Firman. 

Mesin Golkar yang bergerak menghasilkan perolehan suara tinggi pada pemilu 2019 lalu. Namun jelang pemilu 2024 mendatang, Golkar masih ada kendala para figur. 

“Golkar punya problem figur (kandidat capres), ada kebutuhan untuk menyandingkan posisi Ketum Airlangga dengan sosok yang punya elektabilitas tinggi. Sementara parpol lain membutuhkan dia karena Golkar punya mesin yang efektif,” tandas Firman. 

Sementara itu, Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO) Dedi Kurnia Syah Putra menilai PDIP dinilai tidak memungkinkan untuk maju sendiri dalam Pemilu 2024.

"PDIP tidak memungkinkan sendirian jika ingin mendominasi di Pemilu 2024, dan mitra strategis mereka sejauh ini tinggal PPP sebenarnya," terangnya.

Menurutnya, PPP yang saat ini bergabung di KIB merupakan partai yang kemungkinan besar masih bisa dikendalikan oleh PDIP. Sementara PAN sendiri dalam situasi ragu-ragu.

Dedi juga menilai posisi KIB lemah, sebab tidak mempunyai tokoh utama seperti koalisi lain. Oleh sebab itu, kata Dedi, KIB akan banyak menerima kunjungan karena potensi pergeseran di KIB besar jika melihat situasi KIB saat ini. 

Dedi juga menilai penambahan kekuatan PDIP tidak signifikan ketika PAN dan PPP bergabung. Kendati demikian, PDIP masih akan diuntungkan dengan keleluasaan untuk mengontrol koalisinya.

Menurut Dedi, bisa saja PPP dan PAN akan meninggalkan KIB, meski berlaku pula sebaliknya. "Bisa jadi Golkar lebih dulu meninggalkan KIB," pungkasnya. (rls/btp)