Golkar Sesalkan Perlakuan Rasisme Anti Asia di AS - Telusur

Golkar Sesalkan Perlakuan Rasisme Anti Asia di AS

Anggota MPR RI dari Fraksi Partai Golkar, Christina Aryani. (Foto: telusur.co.id/Bambang Tri).

telusur.co.id - Anggota MPR RI dari Fraksi Partai Golkar Christina Aryani menyesalkan perlakuan rasisme anti Asia di Amerika Serikat (AS). Pasalnya, perlakuan tersebut menimbulkan kekhawatiran serta ketakutan.bagi warga Asia yang tinggal di negeri Paman Sam itu.

"Tentunya ini tidak hanya dialami oleh warga negara Indonesia yang saat ini berada di Amerika tetapi juga warga negara keturunan Asia lain," kata Christina dalam Diskusi Empat Pilar MPR RI bertajuk 'Menyoal Rasisme Anti Asia Di AS, Bagaimana Nasib WNI Kita?' di Media Center Parlemen, Senayan, Senin (29/3/21).

Anggota Komisi I DPR RI ini menjelaskan, di AS komposisi penduduknya beragam sekali. Ada yang benar-benar kulit putih, ada yang keturunan African-American, ada yang Asian Amerika seperti orang Indonesia yang sudah lahir di sana banyak.

Menurut Christina, sentimen rasisme sebetulnya bukan hal yang baru terjadi di Amerika. Ini  terjadi sejak tahun 1800. Awalnya ketika pembangunan rel kereta api dimulai, banyak pekerja-pekerja dari Tiongkok yang didatangkan.  

"Di situlah mulai dalam perkembangannya timbul ketidaksukaan karena disangka mengambil pekerjaan yang ada untuk warga negara lokal, dan juga  ada sempat ada penyakit juga yang datang, mereka dituding yang membawa. Jadinya pada tahun 1800-1850 sempat ada juga kerusuhan, ada 150 kalau tidak salah kerusuhan pembakaran kampung-kampung pemukiman warga dari Tiongkok," paparnya.

Dia mengungkapkan, sebetulnya kondisi rasisme yang ada di Amerika tidak pernah hilang. Ketika tertekan, hal itu muncul kembali ketika dibangkitkan. Dia mencontohkan, Presiden Donald Trump di masa pemerintahannya sering sekali mengatakan virus covid sebagai "China virus". 

"Jadi secara tidak langsung ya Presiden Trump ini juga harusnya disalahkan juga. Karena dialah yang kemudian membangkitkan lagi sentimen ketidaksukaan itu, sehingga akhirnya sampai sekarang ketika terjadi pandemi, dimana Amerika menjadi negara paling parah, sampai 23 Maret 2021 kemarin ada 30,5 juta orang yang menderita positif covid-19,  dia menjadi negara dengan penderita pasien posistip paling besar di dunia," paparnya.

"Sehingga dampak dari pandemi ini berujung pada kesulitan ekonomi, pekerjaan, sehingga mulailah timbul sentimen rasisme ini," sambungnya.

Meski demikian, dia tidak menyatakan bahwa Trump adalah biang kerok atas terjadinya sentimen rasisme anti Asia di AS. 

"Dia (Trump) bukan biang kerok, tetapi dia ngipasin kata-katanya. Karena timbulnya efek ini karena pandemi. Tetapi seharusnya sebagai seorang pemimpin, kita sangat menyayangkan kok narasinya sebegitu negatifnya," tandasnya. [Tp]


Tinggalkan Komentar