telusur.co.id - Anggota MPR RI Fraksi PKB Syaiful Huda mengatakan, konsep Merdeka Belajar yang digulirkan oleh Mendikbudristek Nadiem Anwar Makrim yang ingin membebaskan peserta didik dari kungkungan ruang kelas, untuk lebih dapat banyak media di luar kelas sesungguhnya terjadi dalam masa pandemi Covid-19 ini.

"Anak-anak tidak lagi sekolah di kelas, bahkan di rumah, ada yang naik pohon segala, manjat pohon terus naik ke rumahnya, ke atas genteng yang masing-masing dan seterusnya," kata Syaiful dalam diskusi Empat Pilar MPR RI bertajuk 'Hardiknas dan Tantangan Merdeka Belajar di Tengah Pandemi', di Media Center Parlemen, Senayan, Senin (3/5/21).

Ketua Komisi X DPR RI itu menuturkan, yang menjadi problemnya adalah kondisi objektifnya sudah tercipta, sebagaimana cita-cita merdeka belajar sesungguhnya, tapi tools-nya tidak maksimal. 

"Tools-nya belum ketemu, gak ketemu maksimal. Padahal saya sendiri sesungguhnya termasuk temen-temen yang ada di komisi X,  Mas Nadiem yang punya background IT, punya terobosan yang inovatif, yang lalu bisa memanfaatkan pandemi Covid ini," ujarnya. 

Namun, yang terjadi hasil survei mengatakan bahwa pembelajaran jarak jauh (PJJ) hasil survei beberapa lembaga yang variatif, ada yang efektif sampai 50 persen, ada yang sampai 55 persen. 

"Tapi saya keliling ke semua kepala sekolah di beberapa tempat ketika kunker dan di beberapa tempat, beberapa provinsi ketika dari hati ke hati saya tanya efektivitas PJJ berapa persen,  rata-rata mereka serempak mengatakan PJJ kita hanya 30 persen efektif. Jadi 70 persen tidak efektif," terangnya.

Menurutnya, hal ini dalam kondisi tertentu bisa dipahami, karena banyak terjadi adaptasi-adaptasi baru, seperti guru beradaptasi dengan literasi digital, cara penyampaian dari tatap muka berubah dengan menatap layar dan seterusnya. Adaptasi yang kedua, anak-anak yang biasa di kelas sekarang di rumah, fungsi guru diganti orang tua, yang tidak semua orangtua bisa berfungsi sebagai guru pengganti.

"Sebenarnya, harusnya Mas Nadiem bisa memanfaatkan momentum ini, momentum objektif yang sesungguhnya seperti yang dia bayangkan, merdeka belajar yang punya banyak media itu,  termasuk media digital sesungguhnya," ungkapnya.  

"Apa yang terjadi memang tidak termanfaatkan dengan baik, karena PJJ hannya 30 persen,  platform digital yang kira-kira dalam waktu sekejap bisa diciptakan Mas Nadiem untuk mengatasi ini, sampai setahun setengah nggak ada juga. Jadi masih pakai saluran platform yang ada, kira-kira begitu, ini catatan, ini tantangan. Tantangan merdeka belajar yang kondisi objektifnya sudah ada sebenarnya, tapi tidak tereksekusi dengan baik pada level operasional dari gagasan merdeka belajar," sambungnya.

Dia menilai, level yang dilakukan Menteri Nadiem baru sampai pada level mereview berbagai kebijakan dalam rangka menghadapi tantangan pada masa pandemi Covid. 

"Misalnya relaksasi penggunaan dana BOS, pemberian kuota gratis kepada seluruh siswa,  mahasiswa, dosen,  guru dan seterusnya, yang sebenarnya juga tidak efektif di lapangan," pungkasnya. [Tp]