telusur.co.id - Wakil Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid atau HNW mendukung dan mendorong kepedulian Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) berbagai perguruan tinggi seperti ITB Ahmad Dahlan, Uhamka, UMJ, UNJ, Universitas PTIQ dan aktivis kepemudaan dari PII DKI Jakarta, PP LIDMI, beserta 100-an kampus lainnya se-Indonesia, atas isu kemanusiaan di Palestina dengan membentuk Forum Komunikasi Mahasiswa Bela Palestina (FKMBP).
Dukungan ini disampaikan HNW, saat berdialog dengan delegasi FKMBP yang dipimpin Ketua BEM ITB Ahmad Dahlan Namsianto Wakhid, di Ruang Kerja Wakil Ketua MPR, Gedung Nusantara III, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (2/7/2024).
"Dan saya berharap, agar para mahasiswa itu juga mendukung sikap Indonesia yang terus berupaya memperjuangkan Palestina merdeka dan menolak genosida atas Gaza," kata HNW.
Kepada Pimpinan MPR dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS), mewakili delegasi, Namsianto mengungkapkan bahwa ide untuk membentuk FKMBP tersebut berawal dari keprihatinan mereka atas berulangnya tragedi kemanusiaan yang terjadi di Palestina, bahkan sudah mencapai taraf genosida yang sangat mengerikan dan sangat merendahkan sisi kemanusiaan.
Lalu, lanjut Namsianto, aksi bersama mereka juga terinspirasi dari banyaknya gerakan mahasiswa dari berbagai universitas ternama di berbagai negara di Amerika, Eropa, Australia dan lainnya, yang menyuarakan pembelaan atas kemanusiaan dengan menolak genosida atas Gaza dan penjajahan Palestina.
Hebatnya, para mahasiswa tersebut berasal dari komunitas yang mayoritasnya non muslim dan berasal dari negara-negara yang jelas-jelas mendukung dan memihak Israel seperti Amerika Serikat, Perancis, Inggris, Jerman dan lainnya.
“Melihat fakta-fakta itu, kami mahasiswa dari Indonesia yang nyata-nyata negara kita mendukung Palestina, merasa tergugah dan merasa tidak sepantasnya bila tidak melakukan aksi kemanusiaan untuk menyuarakan pembelaan kepada rakyat Palestina dan menolak genosida atas Gaza. Kami pun mengajak teman-teman mahasiswa, untuk membahas isu kemanusiaan yang ada di Palestina ini. Alhamdulillah, ternyata mereka merespon positif. Lalu kami buatlah forum bersama ini,” terangnya.
Merespon hal itu, HNW mengapresiasi kreasi para mahasiswa yang membentuk forum tersebut. HNW menegaskan, memang isu Palestina ini bukan saja isu keagamaan dan isu antar negara tapi, sudah merupakan tragedi kemanusiaan yang mendapatkan banyak simpati masyarakat dunia. Dimana setiap manusia yang memiliki rasa kemanusiaan, pasti mengutuk kebiadaban yang terjadi di Gaza/Palestina. Dimana rasa kemanusiaan hilang karena kebiadaban pemerintah dan tentara Israel terhadap masyarakat Gaza dan negara Palestina.
“Yang menarik adalah bahwa mereka yang tersentuh rasa kemanusiaannya itu dan melakukan berbagai aksi, dilakukan oleh generasi muda para mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi ternama di barat seperti, Harvard, Universitas Newyork, Yale, Columbia, Oxford dan lainnya. Bahkan banyak guru besarnya ikut berdemo dukung para mahasiswa. Mereka tidak mau uang pajak mereka, digunakan membeli senjata dan peluru membantu Israel melakukan kejahatan kemanusiaan dan genosida. Banyak juga pemimpin negara, yang menyebut tragedi di Gaza adalah masalah kemanusiaan. Seperti, Presiden Bolivia. Beliau memutus hubungan dengan Israel dan tegas mengatakan, ini adalah masalah kemanusiaan. Bahkan beliau menyatakan kalau kita biarkan Palestina mati oleh genosida Israel, maka artinya kita membiarkan kemanusiaan juga mati,” papar HNW.
Untuk itu, lanjut HNW, sudah sangat sewajarnya momentum ini dipakai untuk mengasah selain rasa keimanan tapi juga kepedulian untuk selamatkan kemanusiaan dan peradaban dunia. Dan untuk mencapai kemenangan perjuangan itu, menurut HNW, sangat penting bersatunya faksi-faksi perlawanan di Palestina seperti Fatah dan Hamas, sebagaimana pernah disampaikan Jusuf Kalla.
"Momentum ini perlu dimaksimalkan oleh Pemerintah Indonesia melalui Menlu RI untuk mengundang faksi-faksi perlawanan di Palestina utamanya Fatah dan Hamas, untuk bertemu dan menjalin persatuan di Jakarta. Kalau sebelumnya mereka sudah pernah diundang oleh pemerintah China dan Rusia dan mereka mau datang, mestinya kalau Indonesia yang mengundang maka mereka lebih mau untuk datang dan menyatukan langkah dan sikap bagi kemerdekaan Palestina dan menyelamatkan masjid al-Aqsha serta menghentikan genosida atas Gaza," jelas HNW.
Sikap pemerintah itu, lanjut HNW, juga sejalan dengan sikapnya yang siap mengirimkan tentara penjaga perdamaian di Palestina atas mandat PBB.
"Maka sangat penting mahasiswa juga mendorong Pemerintah menindak lanjuti dengan serius mengusulkan ke PBB agar segera menindaklanjuti resolusi PBB terkait penghentian perang di Gaza, dengan mengirimkan tentara penjaga perdamaian dari Indonesia. Hal yang penting segera dilakukan, apalagi sikap Indonesia untuk mengirim pasukan penjaga perdamaian di Palestina itu juga sudah didukung oleh Malaysia,” pungkasnya.