Ide Swasembada Energi Prabowo Berat Terwujud, Faktanya Impor BBM-LPG Justru Meningkat - Telusur

Ide Swasembada Energi Prabowo Berat Terwujud, Faktanya Impor BBM-LPG Justru Meningkat

Presiden RI Prabowo Subianto. Foto: Setpres

telusur.co.id - Pembina Masyarakat Ilmuwan dan Teknologi Indonesia (MITI), Mulyanto menilai, keinginan Presiden Prabowo Subianto untuk mewujudkan swasembada energi, merupakan ide bagus, namun sulit terwujud. Sebab, saat ini Indonesia masih sangat bergantung pada impor BBM dan LPG untuk mencukupi kebutuhan energi masyarakat. 

"Untuk mengurangi impor lewat swasembada energi, maka Pemerintah harus membangun infrastruktur dan teknologi produksi migas yang memadai," kata Mulyanto kepada wartawan, Senin (21/10/24).

Karena itu, Mulyanto menyebut target swasembada energi itu cukup berat diwujudkan. "Faktanya sekarang ini kita masih impor dan semakin lama jumlah impor BBM dan gas LPG tersebut semakin meningkat. Jadi kalau tiba-tiba Pemerintah ingin wujudkan swasembada energi maka banyak aspek yang perlu dibenahi. Bukan hanya infrastruktur yang perlu disiapkan tapi tata kelolanya juga harus dirombak total," ujar Mulyanto. 

Menurut Mulyanto, untuk mewujudkan kemandirian energi, maka Pemerintah harus membenahi dua sektor sekaligus. Di sisi hilir (demand) perlu digalakkan langkah penghematan, pembatasan dan pengawasan. Termasuk juga mengejar target bauran EBET di masyarakat.  

"Ya terutama pengurangan demand migas untuk transportasi melalui substitusi mobil listrik, yang selama ini masih berjalan lambat. Jadi program kendaraan listrik ini bisa bersinergi dgn program kemandirian migas," ujarnya. 

Begitu pula terkait penggunaan gas LPG. Diperlukan langkah yang massif untuk substitusi penggunaan gas LPG ke gas alam yang relatif berlimpah. Penggunaan kompor gas LPG secara bertahap harus diganti dengan kompor gas alam (jargas).  

"Dengan kata lain program Jargas rumah tangga mesti menjadi gerakan yg massif. Target 4 juta sambungan rumah tangga (SR) harus diwujdkan," sambung Anggota Komisi Energi DPR periode 2019-2024 ini. 

Sedangkan di sisi hulu (supply), peran Pertamina yang menguasai lebih dari 60% lifting minyak, harus lebih agresif membuka ladang eksplorasi baru menggunakan teknologi terkini. 

"Giant discovery untuk eksplorasi dan optimalisasi eksploitasi minyak harus menjadi perhatian di samping merampungkan pembangunan kilang-kilang baru Pertamina. Dengan kata lain perlu ditingkatkan lifting minyak pertamina sekaligus produksi BBM melalui kilang domestik," tegasnya.[Fhr] 


Tinggalkan Komentar