Investasi Besar-besaran, AS Bakal Bangun 7 Ladang Angin di Pantai - Telusur

Investasi Besar-besaran, AS Bakal Bangun 7 Ladang Angin di Pantai

Ilustrasi ladang angin. Foto: housingestate.id

telusur.co.id - Pemerintah Amerika Serikat (AS) berencana membangun tujuh ladang angin di lepas pantai utama sepanjang pantai negara. Tujuannya untuk memasok energi yang dihasilkan angin ke lebih dari 10 juta rumah pada tahun 2030.

"Departemen Dalam Negeri sedang menyusun peta jalan yang ambisius saat kami memajukan rencana pemerintah untuk menghadapi perubahan iklim, menciptakan pekerjaan dengan gaji yang baik, dan mempercepat transisi bangsa ke masa depan energi yang lebih bersih," kata Menteri Dalam Negeri AS, Deb Haaland, saat berbicara dalam kenferensi tentang tenaga angin di Boston, Massachusetts, Rabu kemarin. 

Pada bulan Maret, pemerintahan Presiden Joe Biden mengumumkan akan berinvestasi besar-besaran untuk meningkatkan ladang angin lepas pantai, sebagai bagian dari upayanya untuk memerangi perubahan iklim.

Selain energi angin ke jutaan rumah, rencana pemerintah akan menghasilkan 30 gigawatt tenaga angin pada tahun 2030, memotong 78 juta ton emisi karbon dioksida dan menciptakan puluhan ribu pekerjaan.

Hanya satu ladang angin lepas pantai yang saat ini beroperasi penuh di AS, yaitu Ladang Angin Block Island. Pembangunannya selesai pada akhir 2016, mampu menghasilkan 30 megawatt.

"Tujuan pemerintah ialah untuk menahan hingga tujuh penjualan sewa lepas pantai pada tahun 2025 untuk perairan di Teluk Maine, Atlantik Tengah dan Teluk Meksiko, serta di lepas pantai New York, Carolina, California dan Oregon,” ujar Haaland.

Proyek percontohan Coastal Virginia Offshore Wind (CVOW), dengan kapasitas 12 megawatt, tahap pertama selesai pada tahun 2020. Situs terakhir akan selesai pada tahun 2026 dan dapat memasok energi ke 600.000 rumah tangga.

Dukungan pemerintahan Biden untuk tenaga angin sangat kontras dengan mantan presiden Donald Trump, yang berulang kali mengolok-olok sumber energi terbarukan selama masa jabatannya, mengklaim itu mahal dan tidak efisien.[Tp]

Laporan: Diaz Salwa


Tinggalkan Komentar