telusur.co.id - Menteri Intelijen Iran, Esmaeil Khatib, mengungkapkan bahwa pasukannya telah menyerahkan data penting terkait target-target militer Israel di wilayah pendudukan kepada Angkatan Bersenjata Iran. Pernyataan itu disampaikan Khatib kepada wartawan usai rapat kabinet pada Minggu (20/7), menegaskan peran strategis intelijen dalam menghadapi agresi yang disebut "tak beralasan" oleh Tel Aviv terhadap Iran.
“Kementerian Intelijen telah memperoleh dokumen dan informasi yang bernilai tinggi tentang rezim Zionis, dan telah kami serahkan kepada pasukan bersenjata sebagai panduan untuk operasi militer,” ujar Khatib. Ia juga menekankan sinergi antara lembaganya dan unsur militer dalam "melawan perang yang dipaksakan oleh Israel."
Latar Belakang Ketegangan Iran-Israel
Ketegangan memuncak pada 13 Juni lalu, ketika Israel melancarkan serangan udara besar-besaran ke sejumlah lokasi strategis Iran, termasuk fasilitas nuklir dan militer. Lebih dari 1.000 orang dilaporkan tewas dalam serangan tersebut, termasuk tokoh militer senior, ilmuwan nuklir, serta warga sipil.
Sebagai respons, Iran meluncurkan serangan balasan masif melalui Operasi Janji Sejati III. Pasukan Dirgantara Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) menghujani wilayah pendudukan dengan 22 gelombang rudal, yang menurut laporan pemerintah Iran, menyebabkan kerusakan besar di berbagai kota utama Israel.
Gencatan Senjata Masih Berlaku
Pertempuran berhenti setelah kedua belah pihak menyetujui gencatan senjata pada 24 Juni. Meski demikian, situasi tetap tegang, dengan peringatan dari para pejabat Iran bahwa respons lebih lanjut akan diluncurkan jika agresi kembali terjadi.
Khatib menutup pernyataannya dengan menegaskan kesiapan penuh sektor intelijen Iran dalam “menghadapi ancaman regional dan melindungi integritas nasional.”.
Sumber: TNA