telusur.co.id - Terbunuhnya tokoh senior Hamas Saleh Al-Arouri oleh serangan Zionis Israel di Beirut, ibu kota Lebanon, pada hari Selasa (2/1/23) malam mengundang komentar keras dari Hizbullah, Ansarullah Yaman dan Iran.
Kelompok pejuang Hizbullah di Lebanon bersumpah bahwa pembunuhan yang dilakukan rezim Israel sebelumnya terhadap pejabat senior Hamas Saleh al-Arouri “pastinya tidak akan dibiarkan begitu saja tanpak dihukum.”
Hizbullah menyatakan demikian tak lama setelah Israel melancarkan serangan drone ke pinggiran selatan Beirut hingga menewaskan sejumlah orang, termasuk al-Arouri, yang pernah menjabat sebagai wakil kepala Biro Politik Gerakan Perlawanan Islam Palestina (Hamas).
“Perlawanan kami tetap teguh, bangga, dan setia pada prinsip-prinsip dan komitmen yang telah dibuatnya sendiri, siap untuk menyerang dan para pejuangnya berada pada tingkat kesiapan dan siagaan tertinggi,” tegas Hizbullah, seperti dilansir dari Presstv, Kamis (44/1/23).
Hizbullah menilai pembunuhan Al-Arouri sebagai “serangan berbahaya” terhadap kedaulatan Lebanon, dan “perkembangan berbahaya” selama perang antara Israel dan Poros Perlawanan.
“Kejahatan keji ini hanya akan meningkatkan keyakinan para pejuang perlawanan regional dan meningkatkan tekad mereka untuk tetap berada di jalur mereka sampai tercapainya kemenangan dan pembebasan,” tegas Hizbullah.
Hizbullah menilai pembunuhan Al-Arouri merupakan kelanjutan dari pembunuhan perwira tinggi Iran Brigjen Sayid Razi Mousavi.
Mousavi, seorang komandan senior Korps Pengawal Revolusi Islam Iran, tewas akibat serangan rudal Israel terhadap lingkungan Sayidah Zeinab di Damaskus, ibu kota Suriah, pada hari Senin pekan lalu. Dia gugur saat bertugas sebagai bagian dari misi penasihat militer Iran di Suriah.
Di sisi lain, Hizbullah Lebanon membantah laporan pembatalan pidato pemimpinnya, Sayyid Hassan Nasrallah, pada hari Rabu, menyusul serangan teror Israel tersebut. Bantahan ini disampaikan setelah ada rumor di media sosial bahwa pidato Nasrallah yang dijadwalkan pada hari Rabu, bertepatan dengan peringatan pembunuhan jenderal legendaris Iran Qassem Soleimani, dibatalkan.
Gerakan Ansarullah yang berbasis di Yaman juga mengutuk pembunuhan Al-Arouri. Juru Bicara Ansarullah, Muhammad Abdel Salam, menyebut serangan yang menggugurkan Al-Arouri sebagai “kejahatan pengecut Israel.”
“Kami mengutuk keras pembunuhan tersebut, yang merupakan agresi berbahaya terhadap Lebanon, dan kami menegaskan dukungan kami kepada gerakan perlawanan di Palestina dan Lebanon,” ungkapnya.
Senada dengan ini, tokoh lain Ansarullah, Mohammad Al-Bukhaiti di platform X menyatakan bahwa darah Al-Arouri dan para pejuang lain di Palestina dan Lebanon akan mewujudkan kemenangan serta menumbuhkan “sejuta Al-Arouri.”
Laporan terbaru menyebutkan bahwa jumlah korban tewas dalam pemboman markas besar Hamas di Beirut pada Selasa malam, bertambah menjadi tujuh orang, sementara korban luka 11 orang.
Para syuhada tersebut adalah Wakil Kepala Biro Politik Hamas, Saleh Al-Arouri, serta para pemimpin Brigade Al-Qassam, Samir Fandi dan Azzam Al-Aqra , dan lainnya: Mahmoud Zaki Shaheen, Muhammad Al-Rayes, Muhammad Bashasha, dan Ahmed Hammoud.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Nasser Kanaani mengatakan, “Tidak diragukan lagi, darah para syuhada akan mengobarkan api perlawanan dan motivasi untuk melawan penjajah Zionis, tidak hanya di Palestina, tetapi juga di kawasan dan di antara semua orang yang mencari kebebasan di dunia.”
Kanaani juga mengecam pelanggaran “rezim Zionis yang agresif” terhadap kedaulatan dan integritas wilayah Lebanon. [Tp]