telusur.co.id - Seorang pejabat Israel pada Minggu malam (20/10/24) menyatakan Tel Aviv sedang bersiap melancarkan serangan besar-besaran terhadap Iran sebagai tanggapan atas serangan balasan Iran beberapa pekan lalu.
Seperti diketahui, Iran telah menembakkan sekitar 180 rudal ke Israel pada awal Oktober ini, dan sejak itu Iran mengantisipasi kemungkinan serangan Israel terhadapnya.
Iran mengatakan bahwa serangannya merupakan balasan atas pembunuhan Israel terhadap Kepala Biro Politik Hamas, Ismail Haniyeh, di Teheran, dan Pemimpin Hizbullah Sayyid Hassan Nasrallah di Beirut, selain “pembantaian berkelanjutan” Israel di Jalur Gaza dan Lebanon.
“Israel sedang bersiap melakukan serangan besar terhadap Iran, dan persiapan ini termasuk memperkuat pertahanan untuk mengantisipasi kemungkinan tanggapan Iran,” kata seorang pejabat anonim Israel, Dikutip Otoritas Penyiaran Israel, dilansir Presstv.
“Kabinet keamanan akan bertemu di markas besar Kementerian Pertahanan di Tel Aviv pada Minggu malam ini, dan kemungkinan besar selama pertemuan tersebut Perdana Menteri (Benjamin) Netanyahu dan Menteri Pertahanan (Yoav) Gallant akan hadir untuk membuat keputusan mengenai waktu dan cara pelaksanaan serangan,” tambahnya.
Sehari sebelumnya, Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi dalam sebuah wawancara dengan NTV Turki memperingatkan bahwa Iran telah “mengidentifikasi semua targetnya” di wilayah pendudukan untuk serangan balasan terhadap Israel.
“Setiap serangan terhadap Iran berarti melewati batas merahnya. Kami tidak akan membiarkannya tanpa balasan. Balasan yang diperlukan akan diberikan atas setiap serangan terhadap fasilitas nuklir Iran atau serangan serupa,” katanya.
“Sekarang, kami telah mengidentifikasi semua target kami di sana (di wilayah pendudukan Palestina) dan serangan serupa akan dilakukan terhadap mereka,” tambahnya.
Araghchi juga sempat berbicara mengenai operasi serangan rudal Iran pada tanggal 1 Oktober terhadap pangkalan militer, spionase, dan intelijen Israel yang dilakukan sebagai tanggapan terhadap tindakan pembunuhan terhadap para pemimpin utama front perlawanan.
Dalam operasi tersebut, katanya, 90 persen rudal Iran mengenai sasarannya, yang hanya berupa fasilitas militer, bukan fasilitas ekonomi atau sipil.
Sejak awal Oktober 2023, Israel telah melancarkan agresi brutal di dua front yang sejauh ini telah menewaskan sedikitnya 42.519 orang di Jalur Gaza dan 2.448 lainnya di Lebanon.
Selama periode yang sama, Israel juga telah membunuh beberapa pemimpin perlawanan, termasuk Yahya Sinwar, pemimpin Hamas.
Araghchi mengatakan kesyahidan Sinwar tidak akan menghentikan aktivitas Hamas, melainkan justru akan memperkuat tekad kelompok tersebut dan memotivasi para pemuda Palestina.
Dia mengecam dukungan AS terhadap Israel, dengan mengatakan rezim tersebut tidak dapat hidup dan melakukan kejahatan di Gaza dan Lebanon tanpa bantuan Washington.
“Jika Amerika memiliki kemauan politik yang nyata, mereka akan dapat menghentikan serangan dan menghentikan Israel,” tegasnya.
“Bagi kami, AS adalah sekutu Zionis. Jika perang berskala besar meletus di kawasan, AS akan terseret ke dalamnya, sesuatu yang sama sekali tidak kami inginkan,” sambungnya.
Menlu Iran memperingatkan bahwa perang dapat menyebar ke negara-negara Teluk Persia, namun dia juga mengatakan “masih ada peluang untuk diplomasi; kita tidak dapat menyerahkan segalanya pada kemauan satu orang di rezim Zionis.” [Tp]