Israel, Saudi dan Abu Dhabi Disebut Terlibat Upaya Kudeta di Yordania  - Telusur

Israel, Saudi dan Abu Dhabi Disebut Terlibat Upaya Kudeta di Yordania 

Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salaman, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan Putra Mahkota Uni Emirat Arab Mohammed bin Zayed Al Nahyan. (Ist).

telusur.co.id - Arab Saudi dan satu pihak lain di Teluk Persia serta Israel terlibat di balik upaya kudeta di Yordania. Hal itu dilaporkan surat kabar Israel Yedioth Ahronoth mengutip pernyataan beberapa narasumber anonim yang disebutnya “pejabat yang sangat besar di Yordania” 

Untuk mendukung klaim itu, sumber-sumber tersebut menyinggung kunjungan Raja Abdullah II dari Yordania ke Arab Saudi pada bulan lalu, yang tak diumumkan rincian dan tujuannya. Raja Abdullah mengadakan pembicaraan dengan Putra Mahkota Saudi Mohamed bin Salman, tapi keduanya enggan mengeluarkan pernyataan bersama.

“Putra Mahkota Saudi dan salah seorang petinggi keemiran Teluk, yang kemungkinan adalah keemiran Abu Dhabi, terlibat di balik upaya kudeta yang gagal. Basim Awadallah yang pernah menjabat menteri keuangan dan dikenal dekat dengan Raja Abdullah telah berubah menjadi mata rantai penghubung antara keluarga Kerajaan Saudi dan para pangeran di Yordania,” tulis Yedioth Ahronoth.

Sedikitnya 25 orang dekat mantan putra mahkota, Pangeran Hamzah bin Hussein, adik tiri Raja Abdullah II, telah ditangkap dalam beberapa pekan terakhir karena diduga terlibat kontak rahasia dengan Saudi dan perencanaan upaya kudeta di Istana Kerajaan.

Menurut Yedioth Ahronoth, sejumlah petinggi militer  Yordania, Minggu (4/4/21), telah menyampaikan pesan kepada sejawat mereka di Israel bahwa “situasi terkendali dan tak ada bahaya bagi stabilitas kerajaan.”

Yordania Sabtu lalu mengumumkan bahwa Pangeran Hamzah dikenai tahanan rumah, sedangkan mantan kepala istana dan beberapa pejabat lainnya ditangkap karena “alasan keamanan.”

Kantor Berita resmi Yordania, Petra, hanya menyebutkan nama Sharif Hassan bin Zaid, dan mantan kepala istana, Ibrahim Awadallah.

Di sisi lain, Yedioth Ahronoth juga menyebutkan bahwa Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengetahui apa apa yang terjadi di balik layar Yordania belakangan ini.

Smadar Perry, pengamat Arab di surat kabar Yedioth Ahronoth, mengatakan, “Sekarang jelas, tanpa keraguan, bahwa Netanyahu, dan bukan hanya dia, telah sangat akrab dengan apa yang merepotkan Raja Abdullah dalam beberapa pekan terakhir. Mengapa, misalnya, penting bagi dia ( Raja Abdullah) melarang perdana menteri Israel diterbangkan ke Teluk Persia (melalui zona udara Yordania)?”

Dia menambahkan, “Amman, dengan kata-kata yang paling jelas, mencurigai Netanyahu akan senang hati lolos dari raja terakhir Abdullah, dan melihat penguasa Yordania lain sebagai penggantinnya. Netanyahu tidak pasti mengarahkan rencananya pada seseorang dari keluarga kerajaan, karena bisa jadi pada petinggi militer.”

Menurut Perry, keluarga Kerajaan Yordania sengaja tidak merilis laporan rinci mengenai penangkapan dan identitas orang-orang yang ditangkap, karena pemberitaan setengah fakta bagi mereka lebih nyaman untuk membiarkan para penyimaknya di Irak, Saudi dan Teluk Persia tidak mengetahui banyak hal, dan yang sudah pasti ialah bahwa masing-masing pihak Arab itu dan Israel memiliki agen yang memantau keadaan dari dekat di Amman untuk melaporkannya ke negara masing-masing. [Tp] 


Tinggalkan Komentar