telusur.co.id - Jalur Gaza kembali diguncang duka mendalam. Senin pagi yang seharusnya menjadi momen harapan bagi para pengungsi yang berlindung di sebuah sekolah, justru berubah menjadi ladang kematian. Jet tempur Israel menghantam Sekolah Fahmi al-Jarjawi di lingkungan Daraj, Kota Gaza, dalam serangan udara yang brutal, menewaskan sedikitnya 36 warga sipil.
Sebagian besar korban adalah wanita dan anak-anak. Di antara mereka, satu keluarga kehilangan 11 anggotanya sekaligus. Menurut laporan petugas medis, banyak korban tewas terbakar hidup-hidup setelah ledakan menyebabkan kebakaran besar melalap seluruh bagian gedung.
Sekolah yang dibom tersebut diketahui tengah menampung keluarga-keluarga yang mengungsi akibat serangan sebelumnya. Apa yang seharusnya menjadi tempat perlindungan berubah menjadi kuburan massal.
“Kami menemukan mayat-mayat yang sudah tidak bisa dikenali. Mereka terbakar habis... Ada anak-anak, ada ibu-ibu. Itu bukan pertempuran. Itu pembantaian,” ujar salah satu tim penyelamat yang menggali puing-puing dengan tangan kosong.
Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, rudal yang digunakan diyakini adalah jenis penembus bunker, dirancang untuk menembus struktur kuat—namun kali ini diarahkan ke sekolah yang menampung pengungsi sipil.
Dalam pernyataan resminya, Kantor Media Pemerintah di Gaza mengecam serangan ini sebagai “pembantaian brutal yang terang-terangan”, menyebutnya sebagai bagian dari pembersihan etnis sistematis yang dilakukan oleh Israel sejak 7 Oktober 2023.
18 anak-anak tercatat di antara korban jiwa dalam serangan ini. Para pejabat Palestina menyebut kejadian ini sebagai “bukti nyata bahwa genosida terhadap rakyat Palestina masih terus berlangsung—dengan dukungan penuh dari sekutu internasional, terutama Amerika Serikat.”
Serangan terhadap sekolah bukan satu-satunya tragedi hari itu. Di Jabalia, Gaza utara, serangan udara menghancurkan sebuah rumah yang menjadi tempat perlindungan warga sipil, menewaskan 19 orang.
Saksi mata menggambarkan ledakan demi ledakan yang mengguncang wilayah-wilayah padat penduduk, termasuk Beit Lahia, Shujaiya, al-Tuffah, dan al-Qarara. Bahkan sebuah taman kanak-kanak di kamp pengungsi al-Maghazi dihantam saat menjadi tempat berteduh bagi keluarga-keluarga yang kehilangan rumah.
Menurut data terbaru dari Kementerian Kesehatan Gaza, sejak dimulainya serangan besar Israel pada 7 Oktober 2023, sebanyak 53.939 warga Palestina telah tewas, dan lebih dari 122.797 terluka. Sejak 18 Maret 2024 saja, 3.785 orang terbunuh, dengan 10.756 lainnya terluka.[iis]