Jokowi Diharapkan Tak Keliru Pilih Menteri Agama - Telusur

Jokowi Diharapkan Tak Keliru Pilih Menteri Agama


telusur.co.id - Presiden Joko Widodo diharapkan tak salah mengambil keputusan terkait posisi Menteri Agama setelah periode sebelumnya sudah sangat baik.    

Begitu disampaikan pengasuh PP Darul Irsyad Sasak Panjang Bogor, Jawa Barat, KH Qosim Arsadani, Selasa (22/10/19).

"Periode pertama pemerintahannya, Presiden Jokowi telah cukup bagus menempatkan dan memberi penghargaan yang baik dan bijaksana karena sumbangsih pesantren dari sebelum merdeka, masa revolusi fisik sampai mengisi kemerdekaan," kata KH Qosim

KH Qosim berharap Presiden tak keliru memilih Menteri Agama di periode kedua pemerintahannya bersama KH Ma'ruf Amin yang telah dilantik pada 20 Oktober 2019 kemarin.

Diketahui, Menteri Agama sebelumnya dijabat Lukman Hakim Saifuddin, sosok yang dianggap sangat berhasil memimpin Kementerian Agama selama pemerintahan Jokowi.

"Presiden Jokowi menetapkan hari santri dan disahkannya UU Pesantren. Karena itu langkah baik yang demikian harus tetap berlanjut dan jangan sampai tercederai hanya karena kesalahan dalam memilih Menteri Agama yang bukan dari kalangan pesantren atau yang mengerti betul problem kehidupan beragama, khususnya Islam di Indonesia," papar Qosim.

Sementara itu, Sekjen PP Majelis Dakwah dan Pendidikan Islam (Madani), Syarifuddin menambahkan, penunjukkan calon menteri juga bertepatan dengan Hari Santri Nasional. Sehingga, dengan memilih Menteri Agama dari kalangan pesantren tentu akan menjadi kado terindah bagi santri.

"Hari ini 22 Oktober adalah hari santri dan anehnya bertepatan dengan hari pemanggilan para calon menteri. Saya berharap di waktu yang istimewa ini, Pak Jokowi kembali memberi kado kepada kalangan santri dengan menjadikan Menteri Agama dari kalangan pesantren," kata Syarifuddin.

Dengan adanya tantangan radikalisme semakin menguat, kata dia, Jokowi tidak boleh salah dalam memilih Menteri Agama.

"Yang diperlukan adalah menteri yang paham ilmu agama dan mengerti suasana kebatinan kehidupan beragama di Indonesia yang memang plural. Jawabannya adalah cara berdakwah yang santun dan moderat seperti yang diajarkan para Wali Songo, bukan pendekatan keamanan yang represif," tuturnya. [Fhr]


Tinggalkan Komentar