Jumlah Korban Ledakan Lebanon Bertambah Jadi 100 Orang - Telusur

Jumlah Korban Ledakan Lebanon Bertambah Jadi 100 Orang

puing puing akibat bom di Lebanon

telusur.co.id - Kepala Palang Merah Lebanon, George Kettani mengungkapkan jumlah korban meninggal akibat ledakan bertambah menjadi 100 orang. Data sebelumnya, 70 orang. "Kami masih memeriksa wilayah. Masih mungkin ada korban. Saya harap tidak," kata George Kettani, Rabu.

Saat ini, diakui dia, petugas penyelamat sedang menggali puing-puing untuk mencari korban selamat. Intensitas ledakan melemparkan korban ke laut dan tim penyelamat masih berusaha untuk menemukan mayat. Banyak diantara mereka yang terbunuh adalah karyawan pelabuhan dan bea cukai, serta orang-orang yang bekerja di daerah tersebut atau mengemudi selama jam sibuk.

“Palang Merah berkoordinasi dengan Kementerian Kesehatan untuk mendirikan rumah mayat karena rumah sakit kewalahan,” kata Kettani.

Para pejabat mengatakan jumlah korban diperkirakan akan meningkat setelah ledakan di gudang-gudang pelabuhan yang menyimpan bahan-bahan yang sangat eksplosif.

Ledakan itu adalah yang paling kuat yang pernah terjadi di Beirut, sebuah kota yang masih dilanda perang saudara tiga dekade lalu dan terhuyung-huyung akibat krisis ekonomi dan gelombang infeksi virus corona.

Seorang pria berusia sekitar 60 tahun, Bilal mengatakan ledakan merupakan pukulan mematikan bagi Beirut. “Kami adalah zona bencana. Bangunan saya bergetar, saya pikir itu adalah gempa bumi," kata Bilal.

"Kami sudah mengalami krisis ekonomi keuangan, orang-orang lapar dan, pencuri dan penjarah ini, akankah mereka mengganti kerugiannya? Siapa yang akan menggantikan mereka yang kehilangan orang yang mereka cintai," ujar dia.

Hassan Zaiter (32) seorang manajer di Hotel Le Gray yang rusak parah di pusat kota Beirut, mengatakan bahwa ledakan ini menandakan keruntuhan Lebanon. "Saya benar-benar menyalahkan kelas penguasa," kata Zaiter.

Bagi banyak orang, ledakan itu adalah pengingat mengerikan dari perang saudara 1975-1990 yang mengguncang negara dan menghancurkan petak-petak Beirut, banyak yang telah dibangun kembali. Rekonstruksi pasca-perang dan korupsi politik membuat Lebanon dililit hutang besar.

"Dengan ledakan ini mereka membawa kami kembali ke tahun-tahun perang. Para pemimpin kami dalam keadaan koma," kata Ali Abdulwahed (46), seorang manajer di sebuah restoran di sebelah parlemen.

Presiden Lebanon Michel Aoun mengatakan 2.750 ton amonium nitrat, yang digunakan dalam pupuk dan bom, telah disimpan selama enam tahun di pelabuhan tanpa langkah-langkah keamanan. Dia menyebutnya "tidak dapat diterima". [ham]


Tinggalkan Komentar