telusur.co.id - Anggota Komisi X DPR, Fahmy Alaydroes menanggapi kasus mahasiswa Sastra Rusia Universitas Indonesia (UI), Muhammad Naufal Zidan (19) yang meninggal setelah dadanya ditikam oleh kakak tingkatnya sendiri, Altafasalya Ardnika Basya (23).
Menurut Fahmy, kasus pembunuhan sadis oleh mahasiswa kepada juniornya ini, menjadi tamparan keras bagus dunia pendidikan di Indonesia.
“Bukan tidak mungkin, fenomena kekerasan dengan motif ingin mendapat uang dengan cara gampang adalah fenomena gunung es. Kasus-kasus serupa banyak terjadi di kalangan pelajar dan mahasiswa kita," kata Fahmy, dalam keterangannya, Senin (7/8/23).
Fahmy menambahkan, koar-koar Presiden Jokowi tentang Revolusi Mental, atau Pencanangan Profil Pelajar Pancasila mas Menteri Nadiem Makarim menjadi nampak semakin 'kosong', alias gagal total.
“Betapa tidak, Pemerintah seolah tidak mengerti bahwa esensi penyelenggaraan pendidikan itu bertumpu pada tri pusat pendidikan sebagaimana disampaikan oleh Bapak Pendidikan Nasional kita, KH Dewantara, yaitu Sekolah, Keluarga dan Masyarakat,” ujarnya.
Di tengah masyarakat, lanjut dia, marak terjadi berbagai tawaran, godaan dan tontonan yang sangat bertentangan dengan sikap mental dan nilai-nilai Pancasila itu sendiri.
“Anak-anak muda kita banyak ditawari untuk terlibat dalam bisnis atau usaha menggiurkan keuntungan dalam waktu cepat, hanya dengan investasi sejumlah ratus ribu rupiah. Banyak mahasiswa tergiur, dan mereka mendapat tawaran pinjaman online dengan bunga tinggi. Akhirnya korban berjatuhan, untung tak dapat, hutang semakin menjerat,” terang Fahmy.
Sikap dan gaya hidup anak-anak muda Indonesia, lanjut Fahmy, juga dipengaruhi oleh berbagai tontonan film yang marak di dunia digital.
“Gaya hidup hedonis, kekerasan, sex bebas, minuman keras menjadi tontonan mereka sehari hari. Tambahan lagi, anak-anak muda kita juga tumbuh dengan maraknya contoh buruk para oknum pejabat yang korup, bahkan tanpa malu dan tanpa rasa bersalah, merampok uang rakyat dalam jumlah triliunan rupiah,” jelasnya.
Jumlah pemuda dan pemudi Indonesia yang melimpah akibat bonus demografi, kata Fahmy, harus menjadi perhatian kita semua.
“Pemerintah harus serius membangun sistem pendidikan nasional yang bertumpu pada Tri Pusat Pendidikan. Revolusi Mental dan Profil Pelajar Pancasila hanya akan menjadi pepesan kosong bila tidak disertai dengan keteladanan dan kehidupan masyarakat yang beradab,” tutup Fahmy.
Seperti diketahui bahwa kasus pembunuhan yang dilakukan Altaf yang tega membunuh juniornya sendiri ini, karena rasa iri dan keinginan untuk menguasai harta benda korban.
Menurut pengakuannya, ia merasa frustasi/ putus asa hingga akhirnya melakukan tindakan kriminal karena terjerat utang pinjaman online (pinjol) sebesar Rp 15 juta & mengalami kerugian dalam investasi kripto sebesar 80 juta.
Althaf juga mengaku bahwa aksi kriminalnya tersebut terinspirasi oleh film serial berjudul 'Narcos' yang dilihatnya melalui channel youtube.[Fhr]