telusur.co.id - Sekretaris Kementerian Koperasi (SesKemenkop) Ahmad Zabadi mengapresiasi gelaran Cooperative Business Forum 2024 sebagai bagian penting dalam upaya penyiapan dukungan koperasi pada kesuksesan program Makan Bergizi Gratis (MBG).
Menurut Zabadi, dari forum ini terlihat bahwa terdapat banyak koperasi produsen yang siap terlibat dalam program MBG khususnya dalam hal penyediaan bahan baku hingga distribusinya. Setidaknya ada 33 koperasi produsen yang siap menjalin kemitraan dan business matching dengan para offtaker lainnya pada forum tersebut.
"Ini menjadi langkah strategis dalam upaya menyiapkan koperasi untuk menjadi bagian penting dari ekosistem program MBG, mereka siap menyuplai kebutuhan bahan pokok seperti wortel, tomat, sayuran dan lainnya yang secara umum dapat menjadi upaya pemenuhan kebutuhan MBG," kata SesKemenkop Ahmad Zabadi dalam sambutannya pada acara Cooperative Business Forum 2024 di Jakarta, Rabu (11/12/24).
Dikatakan Ahmad Zabadi bahwa program MBG menjadi kesempatan emas bagi para koperasi produsen untuk meningkatkan kapasitas usaha dan bisnisnya.
Oleh sebab itu, perlu upaya lanjutan agar koperasi dapat masuk dalam rantai pasok pada program tersebut. Kementerian Koperasi berkomitmen untuk membantu koperasi yang memenuhi persyaratan untuk dapat terlibat di dalam program ini.
"Kami di Kementerian Koperasi sangat berkepentingan untuk terus menerus mengembangkan kegiatan seperti ini karena bisa menjadi stimulan bagi perkembangan koperasi produsen khususnya sektor pangan. MBG ini menjadi momentum yang sangat baik untuk koperasi bisa berkembang," kata Zabadi.
Di sisi lain, melalui program MBG dan berbagai inisiatif Business Matching yang dilakukan pemerintah dapat menjadi bagian untuk meningkatkan kontribusi koperasi sektor riil terhadap perekonomian nasional. Bahkan melalui program ini dapat menjadi titik balik untuk mengubah paradigma masyarakat terhadap koperasi yang diakuinya mengalami kemunduran.
Menurut Zabadi, asumsi negatif yang disematkan oleh koperasi belakangan ini lebih banyak dipicu oleh viralnya kasus gagal bayar oleh beberapa koperasi simpan pinjam. Hal ini berdampak pada citra di masyarakat yang menilai bahwa koperasi produsen atau koperasi sektor riil dianggap sama dengan koperasi simpan pinjam.
"Oleh sebab itu kami ingin terus mendorong dan bahkan harus membalik profil koperasi di Indonesia agar koperasi di sektor riil lebih banyak dibandingkan koperasi di sektor pembiayaan karena sektor riil punya daya ungkit yang luar biasa dan lebih besar (bagi perekonomian)," kata Ahmad Zabadi.
Di akhir sesi, Ahmad Zabadi berharap forum-forum business matching dapat terus dilakukan oleh banyak pihak termasuk oleh koperasi secara mandiri. Pasalnya forum tersebut akan menjadi solusi bagi permasalahan yang dihadapi koperasi terutama terkait masalah pembiayaan, pemasaran hingga fasilitasi peningkatan SDM koperasi.
"Forum bisnis seperti ini dapat menjembatani dan menjadi bagian dari solusi untuk kita bisa memastikan produk yang dihasilkan koperasi mendapatkan offtakernya sehingga akan berkelanjutan dan bisa akan mendorong peningkatan kapasitas produksi dan usaha dari koperasi," kata Ahmad Zabadi.
Sementara itu, Asisten Deputi Pembaharuan dan Kemitraan Perkoperasian Deputi Bidang Koperasi Destry Anna Sari menambahkan agenda Cooperative Business Forum 2024 menjadi bagian dari kegiatan pengembangan koperasi yang dilakukan sebelumnya.
Dalam forum ini terdapat beberapa koperasi yang melakukan MoU dan menjalin kemitraan bisnis dengan offtaker atau pelaku usaha lainnya.
"Di agenda ini terdapat 33 koperasi sebagai penyedia barang (produk) dan ada 44 potensial buyer yang akan menjadi pasar utama bagi koperasi," kata Destry.
Destry berharap koperasi-koperasi produsen yang hadir dalam forum ini dapat memastikan diri terdaftar di laman LKPP (Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah) agar pangsa pasar dari produk koperasi semakin luas.
Dalam acara ini juga diselenggarakan penandatanganan MoU antara
Koperasi Taruna Bina Mandiri dengan PT KSM Global Indonesia dengan nilai transaksi Rp12,4 miliar. Kemudian Koperasi Pemasaran Komoditi Kopi Papua (Koppa) dengan Koperasi Geopark Danau Toba dan Koperasi Masyarakat Danau Toba dengan nilai transaksi Rp6 miliar.[Fhr]