KH Hasyim Asyari Lenyap dari Kamus Sejarah, Gus Abbas: Jangan Kaburkan Sejarah - Telusur

KH Hasyim Asyari Lenyap dari Kamus Sejarah, Gus Abbas: Jangan Kaburkan Sejarah


telusur.co.id - Ulama Muda asal Banyumas, Jawa Tengah, Ahmad Zainuddin Abbas (Gus Abbas) mengaku sangat geram terkait beredarnya softcopy Kamus Sejarah Indonesia Jilid I (Nation Formation) dan Jilid II (Nation Building).

Pasalnya, peran Nahdhatul Ulama (NU) dan Pendirinya, Hadratus Syekh Hasyim Asyari tidak dicantumkan dalam Kamus Sejarah Indonesia yang diolah Dirjen Kebudayaan Kemendikbud.

"Padahal, Hadratus Syekh KH Hasyim Asyari merupakan tokoh yang sangat berperan dan paling berpengaruh dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Gerakan-gerakan perlawanan melawan penjajah banyak bermula dari pesantren yang didirikannya," kata Gus Abbas kepada wartawan, Kamis (22/4/21).

Selain itu, lanjut Gus Abbas, Hadratus Syekh juga merupakan tokoh yang bisa menyatukan dan memantik semangat para ulama dan masyarakat.

Ulama dan masyarakat dari berbagai pelosok langsung terpanggil untuk ikut berjuang dalam perang suci membela tanah air usai Hadratus Syekh mengumandangkan Fatwa Jihad “Resolusi Jihad” tanggal 22 Oktober 1945. Resolusi Jihad oleh masyarakat dipandang sebagai legitimasi bagi pemerintah sekaligus kritik terhadap sikap politik yang pasif dengan agresi militer Sekutu.  

“Beliau (Hadratus Syekh Hasyim Asyari) salah satu tokoh yang sangat berperan dalam sejarah Indonesia, sejak sebelum merdeka hingga saat mempertahankan kemerdekaan. Beliau tokoh yang sangat berpengaruh dan disegani dibanyak bidang, mulai dari bidang keagamaan, pendidikan, perjuangan,” katanya. 

"Tentu sangat kecewa, ketika tokoh yang jadi panutan kita dihilangkan perannya. Materinya seperti ingin mengaburkan sejarah. Saya menilai naskah buku itu tak layak dijadikan rujukan para pelajar dan pendidik,” sambung Gus Abbas.

Gus Abbas juga meminta Dirjen Kebudayaan Kemendikbud RI, Hilmar Farid untuk bertanggung jawab mengkoreksi dan merevisi serta meminta maaf atas kealpaan baik yang disengaja atau tidak terkait dengan penghilangan jejak sejarah tersebut.

"Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai sejarah. Jika ingin Negara kuat, maka jangan pernah mengaburkan atau menghilangkan sejarah, apalagi menghancurkan sejarah,” ujar dia.[Fhr] 


Tinggalkan Komentar