telusur.co.id - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) siap memfasilitasi izin edar biostimulan berbasis rumput laut yang diproduksi oleh Koperasi Mina Agar Makmur di Kabupaten Karawang, Jawa Barat.
Izin edar yang dimaksud yaitu izin edar pupuk organik yang didaftarkan melalui Kementerian Pertanian yang bertujuan memberikan kepastian perlindungan bagi lingkungan, menjamin mutu, efektivitas dan kepastian formula produk yang beredar.
“Izin edar, nanti biaya yang timbul dari sana akan kami bantu biaya sebagai bagian dari dukungan konkret. Supaya izin edar bisa langsung diproses untuk umum ya, untuk izin Kementan dan izin yang akan didapat dari KKP,” kata Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP) KKP Budi Sulistiyo di Kabupaten Karawang, Jabar, Sabtu (5/10/24).
Budi menerangkan, kehadiran KKP dalam mendukung pelaku usaha sektor kelautan dan perikanan di kabupaten ini, meliputi pembinaan hingga perizinan serta kolaborasi lintas lembaga.
Lewat kolaborasi yang dijalin serta langkah nyata KKP dalam mendukung usaha berbasis rumput laut jenis glacilaria ini diharapkan mampu menarik investasi dan menggaet calon mitra bagi Koperasi Mina Agar Makmur.
Sementara itu, Ketua Koperasi Mina Agar makmur Usup Supriyatna mengungkapkan, pihaknya memang mengalami kendala untuk memasarkan lebih luas biostimulan berbasis rumput laut untuk dimanfaatkan pada tanaman pertanian.
Hal ini karena dalam proses pengurusan izin edar di Kementerian Pertanian membutuhkan biaya yang cukup besar yakni sekitar Rp45 juta.
Hingga kini dalam satu bulan pihaknya mampu memproduksi 1.000 liter biostimulan berbasis rumput laut yang dipasarkan secara terbatas hanya pada anggota koperasi yang berjumlah sekitar 70 anggota.
Biostimulan yang dibanderol Rp20.000 per liter kini telah diujicobakan pada beberapa komoditas perikanan yang meliputi ikan sidat, udang windu serta ikan bandeng.
Sementara itu, Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Bioindustri Laut dan Darat Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Jamal Basmal mengungkapkan biostimulan yang bebasis dari rumput laut hasil riset yang dilakukannya ini mampu mengurai sisa pakan sehingga kualitas air menjadi lebih terjaga serta berpengaruh pada pertumbuhan dan peningkatan daya tahan ikan.
“Dia itu sebagai prebiotik. Prebiotik itu kan makanan yang kita kasih ke ikan diharapkan semua dicerna. Kalau semua dicerna kan berarti fesesnya sedikit, Kalau feses sedikit, amonia sedikit, ikannya bagus,” jelasnya.
Biostimulan yang telah diteliti sejak 2012, katanya, juga mampu memberikan nutrisi mikro bagi ikan serta tanaman pangan berupa padi dan lainnya.
Pemanfaatan rumput laut sebagai bahan biostimulan, dijelaskannya, dilatarbelakangi oleh potensi rumput laut Indonesia sebesar 9,2 juta ton per tahun, sementara pemanfaatan komoditas ini untuk industri hanya sebesar 5,4 juta ton, sehingga masih terdapat sekitar 3 hingga 4 juta ton rumput laut yang belum termanfaatkan.
Ia pun berharap penggunaan biostimulan mampu mendongkrak perkembangan pangan organik Indonesia yang secara penuh terbebas dari pestisida atau bahan kimia lainnya.[Fhr]