telusur.co.id - Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto membandingkan kinerja Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Joko Widodo (Jokowi) sebagai presiden. Jokowi dinilai lebih baik daripada SBY.
SBY dinilai terlalu banyak rapat tanpa mengambil keputusan. Sementara Jokowi dinilai sosok presiden yang turun ke bawah kemudian memberikan arahan, mengadakan rapat kabinet terbatas, lalu mengambil keputusan dalm forum tersebut.
Menurut pengamat komunukasi politik Universitas Esa Unggul, M. Jamiluddin Ritonga, dasar penilaian Hasto itu tidak jelas kriterianya. Padahal syarat untuk membandingkan harus ada kriteria yang equal dan dapat dipertanggungjawabkan.
Tentu sangat disayangkan orang sekelas Hasto menilai kinerja SBY dan Jokowi tanpa kriteria jelas dan bahan yang equal. Apalagi hanya membandingkan berdasarkan rapat. Hasil penilaian Hasto selain sangat subyektif juga sudah pasti sangat sepihak.
"Karena itu, selayaknya penilaian Hasto dianggap angin lalu saja. Penilaian seperti itu tidak punya dasar nilai ilmiah," ujarnya, Senin.
Dekan FIKOM IISIP Jakarta 1996 - 1999 menyarankan kepada Hasto sebaiknya belajar lagi studi komparatif agar tidak lagi sepihak dalam menilai. "Hasto juga tidak perlu mempermalukan dirinya hanya karena menilaian sepihak terhadap SBY dan Jokowi," tandasnya. [ham]