telusur.co.id - Wakil Ketua MPR RI, Lestari Moerdijat, menekankan pentingnya membangun ekosistem menyeluruh untuk perbaikan gizi masyarakat, bukan sekadar langkah intervensi jangka pendek. Menurutnya, pendekatan ini sangat penting untuk menciptakan sumber daya manusia Indonesia yang tangguh dan kompetitif di masa depan.
"Perbaikan gizi anak bangsa harus dilihat sebagai strategi jangka panjang, bukan hanya solusi sesaat. Kita perlu membangun sistem yang menyeluruh untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat secara berkelanjutan," ujar politisi yang akrab disapa Rerie dalam keterangan tertulisnya, Minggu (8/6).
Pernyataan Rerie muncul menyusul rilis terbaru dari Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan (BKPK) yang menunjukkan penurunan prevalensi stunting nasional dari 21,5% pada 2023 menjadi 19,8% di 2025. Meski tren ini menggembirakan, tantangan ke depan masih besar. Pemerintah menargetkan angka stunting bisa ditekan hingga 18,8% tahun ini, dan mencapai 14,2% pada 2029.
Rerie menegaskan bahwa membangun kebiasaan makan bergizi harus dimulai dari edukasi sejak dini, skrining gizi yang rutin, dan kemudahan akses masyarakat terhadap pangan bergizi. Tak hanya itu, pendekatan berbasis sains dan data juga perlu diperkuat agar intervensi yang dilakukan tepat sasaran.
"Perubahan kebiasaan makan di masyarakat tidak bisa dibangun sendirian. Dibutuhkan sinergi antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat untuk mempercepat transformasi gaya hidup sehat," ungkap Anggota Komisi X DPR RI dari Dapil II Jawa Tengah tersebut.
Sebagai Anggota Majelis Tinggi Partai NasDem, Rerie berharap upaya lintas sektor yang saat ini sedang berjalan dapat terus dikembangkan dan diperkuat. Menurutnya, perbaikan gizi adalah kunci untuk melahirkan generasi penerus bangsa yang unggul dan berdaya saing global.
"Kita tidak bisa membangun masa depan bangsa tanpa memperhatikan gizi anak-anak kita hari ini. Semoga dengan kolaborasi yang konsisten, Indonesia bisa mencapai target penurunan stunting dan mewujudkan generasi emas 2045," tutupnya.[]