Majelis Hukama Al-Muslimin Resmi Buka Kantor Cabang di Indonesia - Telusur

Majelis Hukama Al-Muslimin Resmi Buka Kantor Cabang di Indonesia

Prof. M Quraish Shihab (Dok. Alfi)

telusur.co.idJakarta - Badan independen lintas negara yang berbasis di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, Majelis Hukama Al-Muslimin (MHM) meresmikan kantor cabang di Indonesia.

Acara peresmian dibuka oleh Sekjen MHM, Sultan Al-Remeithi dan dihadiri langsung oleh anggota MHM wakil Indonesia, M Quraish Shihab, Anggota Komite Eksekutif MHM TGB M Zainul Majdi dan Menteri Agama (2014–2019) Lukman Hakim Saifuddin

Selain itu, hadir pula, Dirjen Bimas Islam Kamaruddin Amin, Ketua MUI KH Cholil Nafis, Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Prof. Dr. Oman Fathurahman, dai milenial Husein Jakfar Al-Hadar, dan delegasi dari MHM yang datang dari Abu Dhabi, Uni Emirat Arab.

Dalam sambutannya, Prof. Muhammad Quraish Shihab yang merupakan anggota juga salah satu dewan pendiri Majelis Hukama Al-Muslimin menjelaskan makna  Majelis Hukama Al Muslimin.

Pertama, dari kata majelis yang berarti tempat duduk yang singkat. 

"Kita tidak ingin duduknh lama, sebab kita ingin segera berdiri dan bergerak mencari solusi atas persoalan umat beragama di berbagai negara,” kata Prof. Quraish Shihab di Jakarta, Rabu (15/12/2012).

Kedua, dari kata Hukama, yang merupakan bentuk jamak dari kata Hakim yang berarti orang bijak.

Prof Quraish Shihab menjelaskan, kata Hukama bukan merepresentasikan bahwa anggota majelis yang dipimpin Imam Besar Al-Azhar, Ahmad Al-Tayeb, itu sebagai kumpulan orang-orang bijak, tapi mewakili tujuan dan misi majelis itu, yaitu untuk melahirkan hikmah, baik berbentuk amal ilmiah maupun ilmu amaliah. 
“Kami tidak mengklaim bahwa kami hukama, karena jika diterjemahkan dalam bahasa Inggris, hukuma adalah elders, dan saya tidak mengartikan elders dalam arti orang bijak atau senior, tapi adalah orang tua yang umumnya diatas 60 tahun, yang memerlukan anak-anak muda untuk bergerak dan menyebarkan ilmu-ilmu keagamaan dengan lebih luas lagi,” kata dia.

Selanjutnya, kata Al-Muslimin yang dimaknai sebagai orang-orang yang telah mengucapkan dua kalimat syahadat.

"Yang dimaksud Muslimin adalah semua pengikut Nabi Muhammad SAW yang memahami tuntunan-tuntutan agama. Karena itu, dalam pandangan majelis, mereka yang berdosa pun itu tetap dinamai muslim selama mengucapkan kalimat syahadat. Dan karena itu pula majelis ini menghimpun beraneka ragam madzhab," terang Mantan Ketua Majelis Ulama Indonesia ini.

Pada kesempatan ini, Prof Quraish membeberkan bahwa majelis ini bukan hanya fokus menyelesaikan persoalan umat Muslim, namun juga untum umat beragama secara umum. Quraish mengutip perkataan Ali bin Abi Thalib AS, bahwa tali persaudaraan bukan hanya dapat dijalin antar sesama Muslim tapi juga antar sesama umat beragama. 

“Ini adalah misi mejelis karena kami tidak ingin membedakan sesama muslim dan kami tidak ingin membedakan Muslim dengan penganut agama selain Islam, semua yang percaya akan (adanya) tuhan maka dianggap sebagai saudara,” ujarnya.

Dalam kesempatan yang sama, Sekretaris Jenderal MHM, Dr. Sultan Faisal Al-Remeithi dari Uni Emirat Arab menyambut baik dibukanya kantor virtual MHM di Indonesia.

“Ini bagian upaya kami untuk terus membangun kerjasama dalam menguatkan koeksistensi, harmoni, dan persaudaraan manusia,” ujar dia.

Al-Remeithi tiba di Indonesia pada 11 Desember 2021. Selama di Indonesia, Al-Remeithi bertemu dengan Wapres RI KH Ma’ruf Amin, sejumlah tokoh agama, termasuk menyapa masyarakat Indonesia dalam gelaran Indonesia International Book Fair (IIBF) 2021.

“Saya sangat mengagumi kehidupan masyarakat Indonesia yang dikenal sangat religius dan toleran. Saya merasakan semangat persaudaraan di antara mereka,” ujar dia.

Menurut Al-Remeithi, Indonesia memiliki pengalaman dalam merawat kehidupan yang harmonis dan penuh toleransi.

"Saya yakin banyak sekali orang di luar sana, termasuk di dunia Arab, yang belum tahu keindahan di Indonesia dalam kehidupan beragama dan lainnya. Ini yang harus lebih disosialisasikan. Persaudaraan dan kerukunan umat beragama di Indonesia bisa jadi contoh dunia,” lanjutnya.

Sementara itu, Pendiri sekaligus pembina MHM cabang Indonesia TGB Dr. M. Zainul Majdi, MA mengatakan, kantor virtual yang baru diresmikan ini bertugas dan bertanggung jawab dalam diseminasi program dan kegiatan MHM dalam konteks kehidupan beragama di Indonesia.

Menurutnya, kantor cabang ini hadir untuk ikut mengenalkan pemikiran tokoh agama dan praktik keberagamaan masyarakat Indonesia pada dunia.

“Kita ingin praktik keberagamaan di Indonesia yang rukun dan harmoni, serta pemikiran-pemikiran brilian para tokohnya bisa lebih dikenal dunia, khususnya di negara-negara berpenduduk muslim,” ujarnya.

“Sehingga, Indonesia bisa menjadi model tentang harmoni dalam keberagaman serta persaudaraan kemanusiaan,” sambungnya.

Untuk tujuan itu, lanjut TGB, pihaknya akan melakukan sejumlah program, antara lain: penerjemahan karya-karya tokoh Indonesia yang relevan dengan tujuan MHM ke dalam Bahasa Arab atau Inggris, serta mempublikasikannya agar bisa menjadi bahan bacaan masyarakat global.

“Kita juga akan melakukan riset, kajian, dan seminar terkait penguatan pemahamaan keagamaan yang moderat dalam konteks kehidupan di Indonesia dan global,” jelasnya.

Sebagai langkah awal, MHM cabang Indonesia menyiapkan kantor virtual untuk mendiseminasikan informasi keagamaan yang moderat melalui website (www.muslim-elders.or.id) serta media sosial (Instagram: muslimeldersindonesia, Fanpage Facebook: muslimeldersindonesia, dan Twitter: @muslimelders_id).

"Sesuai hasil sidang reguler MHM di Abu Dhabi, 30 November 2021 lalu, kantor virtual Indonesia yang telah beroperasi sejak September 2021 dan baru diresmikan malam ini, akan ditingkatkan menjadi kantor (nyata) resmi di Jakarta,” tandasnya.

Sekedar informasi, MHM yang disebut juga Muslim Council of Elders adalah sebuah badan independen lintas negara yang dibentuk pada 21 Ramadan 1435 H atau 19 Juli 2014 M.

MHM berkedudukan di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab. Lembaga ini bertujuan mengukuhkan kehidupan masyarakat muslim yang damai, menekan konflik, pergolakan, dan peperangan yang terjadi di negara-negara berpenduduk muslim, serta menjauhkan masyarakat muslim dunia dari perpecahan dan pemecahan.

Dengan tujuan itu, MHM fokus pada upaya mencari solusi atas persoalan kerukunan umat beragama di berbagai negara, mempromosikan toleransi dan semangat hidup bersama, mempersiapkan generasi muslim, dan memberikan pemahaman keberislaman yang benar.

MHM beranggotakan sejumlah ulama, pakar, dan tokoh muslim dari berbagai negara, misalnya Mesir, Saudi, Bahrain, Brunei Darussalam, Malaysia, dan Libanon yang memiliki karakter bijak, adil, independen, dan moderat.

Sebagai ketua, Prof. Dr. Ahmad Al-Tayeb, Syekh Al-Azhar yang juga Imam Akbar (Grand Syekh) Al-Azhar, Kairo, Mesir.


Tinggalkan Komentar