Menko Airlangga: Pengendalian ‘Volatile Food ‘Kunci Stabilitas Ekonomi di Tengah Ancaman Deflasi - Telusur

Menko Airlangga: Pengendalian ‘Volatile Food ‘Kunci Stabilitas Ekonomi di Tengah Ancaman Deflasi

Menko Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto (tengah). (Foto: teluaur.co.id/Tegar).

telusur.co.id - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, menyampaikan bahwa Indonesia akan menghadapi potensi deflasi selama lima bulan ke depan. Untuk mengatasi hal ini, perhatian perlu diberikan pada dua komponen inflasi, yaitu inflasi inti (core inflation) dan inflasi harga pangan bergejolak (volatile food). Namun, yang paling utama untuk diperhatikan adalah volatile food.

“Inflasi harus dikendalikan, terutama yang volatile food. Komponen inflasi ada dua, yakni inflasi inti dan volatile food. Volatile food penting dijaga agar daya beli masyarakat tetap kuat,” kata Airlangga di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta Pusat, Kamis (3/10/24).

Airlangga menambahkan, volatile food berperan penting dalam menjaga stabilitas ekonomi Indonesia. 

“Ini baik untuk masyarakat dan juga pertumbuhan, yang kita lihat melalui inflasi inti,” ungkapnya.

Lebih lanjut, Politikus Partai Golkar ini menjelaskan, jika inflasi inti terus meningkat, maka hal tersebut sejalan dengan pertumbuhan ekonomi. Akan menjadi anomali jika pertumbuhan ekonomi meningkat tetapi inflasi inti justru menurun.

“Pada tahun 2014, inflasi kita mencapai 8 persen. Sekarang, inflasi sudah turun menjadi 2,11 persen. Ini penurunan yang signifikan,” jelasnya.

Airlangga juga menyebut bahwa inflasi tinggi berimplikasi pada tingginya suku bunga dan biaya dana (cost of fund). 

“Jika dibandingkan dengan 2014, saat Presiden Jokowi mulai menjabat, suku bunga kita berada di dua digit, antara 12 hingga 18 persen. Sekarang, Kredit Usaha Rakyat (KUR) di angka 6 persen, SPI sudah ada, dan suku bunga BI berada di 6 persen,” ujarnya.

Dengan demikian, menurutnya, suku bunga utama (prime) saat ini sudah berada di satu digit, yang berarti mengurangi beban ekonomi biaya tinggi.

Sebagai informasi, saat ini pemerintah berhasil menekan nilai tukar rupiah ke level Rp15.300 per dolar AS. Selain itu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) telah menembus angka 8.000, menunjukkan bahwa perekonomian Indonesia terus bergerak positif. [Fhr]


Tinggalkan Komentar