telusur.co.id - Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araqchi menyatakan kesiapan negaranya untuk membuka kembali jalur diplomasi dengan Amerika Serikat, asalkan Washington meninggalkan pendekatan hegemonik dan kebijakan koersif yang selama ini menjadi sumber ketegangan antara kedua negara.
Dalam wawancara dengan sebuah saluran TV Internet Iran, Araqchi menegaskan bahwa Teheran terbuka untuk negosiasi yang tulus dan saling menguntungkan jika dilakukan atas dasar kesetaraan dan rasa saling menghormati.
“Selama AS mempertahankan sifat hegemoniknya dan Iran menolak dominasi, masalah antara kedua negara tidak akan terselesaikan,” ujar Araqchi. “Namun ketegangan ini bisa dikelola — tidak ada alasan untuk terus menanggung biaya yang tidak perlu.”
Araqchi menyoroti bahwa perbedaan mendasar antara Iran dan AS berasal dari “mentalitas dominasi” Washington terhadap Teheran. Ia menekankan, jika AS siap mengubah pendekatannya dan memperlakukan Iran secara setara, interaksi yang konstruktif dan hasil yang berimbang bisa tercapai.
“Bangsa Iran tidak akan merespons bahasa kekerasan, tekanan, dan sanksi. Tapi jika diajak bicara dengan hormat dan bermartabat, kami akan membalas dengan cara yang sama,” tegasnya.
Meski menyebut Iran tidak memiliki pengalaman positif dengan AS sejauh ini, Araqchi menilai keterlibatan yang hati-hati tetap mungkin dilakukan bahkan tanpa rasa saling percaya penuh. Ia menyebut Iran sudah beberapa kali menunjukkan niat baik dalam perundingan, namun belum mendapatkan respons yang sepadan dari Washington.
“Kami tidak mempercayai Amerika, dan mereka pun tahu itu. Tapi bahkan tanpa kepercayaan, keterlibatan diplomatik tetap mungkin — asalkan jujur dan setara,” ujarnya.
Araqchi menegaskan kembali bahwa Iran tidak akan berkompromi terhadap hak-hak rakyatnya maupun tunduk pada tekanan eksternal. Meski begitu, ia menegaskan Iran tetap siap mencari solusi rasional dan bijaksana melalui diplomasi serius.
“Jika Amerika siap berunding secara setara, dengan niat tulus, demi kesepakatan yang adil dan saling menguntungkan, Iran selalu terbuka untuk dialog yang bermartabat,” kata Araqchi.
Pernyataan Araqchi muncul di tengah meningkatnya spekulasi mengenai kemungkinan dibukanya kembali jalur diplomasi antara Teheran dan Washington, setelah beberapa tahun hubungan kedua negara berada di titik terendah pasca keluarnya AS dari kesepakatan nuklir (JCPOA).



