telusur.co.id - Ancaman penyakit hewan lumpy skin disease (LSD) yang kini sudah menyebar di Asia dan menjangkiti enam negara di Asia Tenggara, menjadi perhatian serius Direkorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Kementan. 

Direktur Kesehatan Hewan, Ditjen PKH Kementan, Nuryani Zainuddin mengatakan, Indonesia sebagai negara yang masih bebas LSD, tetap harus meningkatkan Kesiapsiagaan. 

"Karena posisinya penyakit ini sudah sampai ke Thailand dan Malaysia," kata Nuryani dalam Webinar, Jumat (22/7/21).

Menurutnya, sejak Tiongkok dan India tertular pada 2019, LSD terus menyebar ke banyak wilayah di Asia. Terakhir penyakit ini sudah dilaporkan di kawasan Asia Tenggara yakni di Vietnam, Laos, Myanmar, Cambodia, Thailand, dan Malaysia. 

"Kita telah tingkatkan upaya pencegahan untuk mencegah masuknya penyakit ini. Namun apabila sampai masuk, kita juga harus siap untuk bisa mendeteksi dan menanganinya secara cepat dan efektif," tuturnya. 

Nuryani menjelaskan bahwa risiko terbesar masuknya LSD adalah melalui pemasukan hewan rentan (sapi dan kebau) dari negara tertular, dan saat ini pihaknya memastikan bahwa tidak ada pemasukan hewan rentan dari negara-negara tersebut. 

"Namun demikian, lami tetap telah siapkan laboratorium veteriner untuk mendiagnosa apabila ada dugaan kasus di lapang," imbuhnya. 

Semua laboratorium veteriner di bawah Ditjen PKH, menurutnya, telah mempunyai kapasitas untuk memeriksa penyakit ini. 

Kendati demikian, Ia meminta agar peternak dan petugas lapang untuk segera melaporkan apabila ada ternaknya yang menunjukan tanda klinis benjol-benjol pada kulit, demam, dan adanya lendir pada hidung serta mulut. 

"Laporan cepat sangat penting, agar segera kita pastikan penyebab penyakitnya, dan kita tangani langsung. Ini untuk menekan kerugian yang mungkin ditimbulkan," jelasnya. 

Pada seminar daring tersebut, hadir juga narasumber dan ahli terkait LSD yakni Karma Rinzin dari organisasi kesehatan hewan dunia (OIE) di kawasan Asia Tenggara (OIE Sub Regional Representation for South East Asia) dan Steve Pefanis dari Department of Primary Industries, Parks, Water and Environment, Biosecurity Tasmania, Australia.[Fhr]