Oleh: Hasyim Hadrawi*
POPULASI umat Islam terbesar di dunia berada di Indonesia dengan jumlah populasi umat Islam sebanyak 231.000.000 atau setara dengan 13 persen dari total populasi umat Islam di dunia. Dengan jumlah umat Islam yang besar tersebut tetap hidup rukun bersama dengan umat beragama lainnya yang sangat beragam. Hal itu tentu bukan sesuatu yang mudah, karena beberapa negara di dunia termasuk beberapa negara Arab bahkan telah mengalami perang saudara berkepanjangan hanya karena perbedaan paham keagaamaan, orientasi politik dan perbedaan identitas lainnya.
Kesuksesan masyarakat Indonesia dapat hidup berdampingan secara damai dan harmonis dengan beragam identitas agama, suku, ras dan antar golongan, menjadikan Indonesia seringkali menjadi perbincangan dunia intrnasional terkait dengan keberhasilannya menjaga kondisi kehidupan yang lebih harmonis, apalagi dengan sistem demokrasi yang berkembang lebih baik. Tentu tidak lepas dari peranan organisasi massa Islam, termasuk Nahdlatul ulama dalam hal ini.
Hal tersebut merupakan modal utama bagi Nahdlatul Ulama sebagai salah satu organisasi Islam terbesar untuk bisa mengambil peran-peran sentral dalam agenda perdamaian dunia dengan menyebarkan dan mempromosikan konsep perdamaian global melalui ajaran Islam Rahmatan lil ‘alamin sebagai landasan utamanya.
Bahwa selama ini Nahdlatul Ulama menjadi garda terdepan dalam mengembangkan ajaran islam Rahmatan lil ‘alamin dengan konsep islam moderat (moderasi islam), meneguhkan Islam dengan penuh persaudaraan dan persatuan, yakni menganut konsep persaudaraan antara sesama pemeluk islam (Ukhuwwah islâmiyyah), persaudaraan sebangsa dan setanah air (ukhuwah wathaniyah) dan persaudaraan antara sesama umat manusia di seluruh dunia (ukhuwah insâniyah) dalam bingkai peradaban dunia.
Dalam interaksi masyarakat global dalam agenda perdamaian dunia, Nahdlatul ulama tetap berpijak pada sikap dasarnya yaitu: Tawasuth, I'tidal, Tasamuh, Tawazun dan Amar Ma'ruf Nahi Munkar. Dengan sikap Tawasuth (Jalan Tengah) atau sering disebut moderat, tidak akan mudah terjebak ke dalam dua titik ekstrimitas, yakni radikalisme kiri yang merupakan gerakan radikalisme sekulerisme dalam beragama. Begitu juga radikalisme kanan yang merupakan radikalisme dalam beragama dan terorisme berkedok agama.
Sikap dasar NahdlatuL Ulama lainnya adalah keharusan berlaku adil dan lurus di tengah-tengah masyarakat. Sikap tawassuth dan i’tidal ini berintikan kepada perinsip hidup yang menjunjung tinggi sikap adil dan lurus di tengah-tengah kehidupan bersama. NU dengan sikap dasar ini akan selalu menjadi kelompok panutan yang bersikap dan bertindak lurus, serta menghindari segala bentuk yang bersifat ekstrem. Sikap tasamuh, bersikap toleran terhadap perbedaan pandangan.
Sikap tawazun, tetap menjaga keseimbangan hidup sebagai manusia. Tidak berat sebelah atau tidak berlebihan dalam berhubungan, baik yang bersifat individu, antara struktur sosial, antar negara daan rakyatnya. Juga mengajarkan kita seimbang dalam berkhidmah. Sedangkan sikap utama yang terkait dengan Amar Ma'ruf Nahi Munkar yang memiliki kepekaan untuk mendorong perbuatan yang baik dan mencegah hal mungkar.
Sebagai organisasi Islam terbesar di Indonesia, NU mempunyai peran penting dalam menciptakan perdamaian dengan wawasan Islam Nusantara. Sebagian orang mungkin belum memahami Islam Nusantara secara baik, sehingga menolak istilah Islam Nusantara. Kekeliruan sebagian pihak tersebut, harus diluruskan. Bahwa Islam Nusantara bukanlah paham aliran, sekte, atau mazhab baru. Bahwa islam nusantara ialah paham dan praktek ke-Islaman di bumi Nusantara sebagai hasil dialektika antara teks syariat dengan realitas budaya setempat. Dalam konteks ini memiliki nuansa khas Nusantara. Pengertian substansialnya adalah Islam ahlussunnah waljamaah yang diamalkan, didakwahkan, dan dikembangkan sesuai karakteristik masyarakat dan budaya di Nusantara oleh para pendakwahnya. Islam yang menghormati budaya yang ada selama tidak bertentangan dengan syariat Islam.
Islam Nusantara yang melekat pada Nahdlatul Ulama dipercaya mampu membawa Islam sebagai solusi masalah negara dan solusi perdamaian. NU dibutuhkan kiprahnya dalam menjaga persatuan nasional dan keutuhan sebagai suatu Bangsa. Selain itu, NU juga bahkan diharapkan perannya untuk terlibat dalam upaya resolusi konflik dan upaya membangun perdamaian dunia, baik terhadap konflik internal Islam dalam suatu negara tertentu, maupun antar agama yang ada hubungannya dengan Islam.
Keterlibatan NU dalam perdamaian harus lebih ditingkatkan lagi, sebagaimana yang pernah dilakukan periode sebelumnya sebagai penengah konflik yang terjadi di beberapa negara, seperti misalnya resolusi konflik antara Sunni-Syiah di Irak, antara pemerintah Beijing dengan Kelompok Islam Uighur di Tiongkok, termasuk perdamaian di Afganistan.
Dalam konteks global, Nahdlatul Ulama ingin membawa pesan damai dengan mengenalkan Islam secara universal, sebagai agama yang rahmatan lil alamin (rahmat bagi seluruh alam), bukan sebatas rahmatan lil muslimin (rahmat bagi orang-orang muslim saja). Konsep perdamaian model NU lewat gerakan Islam ‘Washatiyah’ atau Islam Moderat dalam narasi ‘Rahmatan Lil Alamin’ dalam kerangka menuju peradaban dunia yang lebih Baik dan Bermartabat.
Nadhlatul Ulama mengajak komunitas-komunitas Muslim dunia lainnya untuk lebih menghargai kearifan lokal yang dapat mempererat tali persaudaraan antara pemeluk agama dan antara warga bangsa. Karena sejarah telah mencatat bahwa keindahan dan kedinamisan yang lahir dari ajaran-ajaran Islam dengan realitas budaya-budaya lokal di seantero dunia, telah melahirkan beragam peradaban-peradaban besar, sebagaimana di Nusantara. Selain itu, gagasan perdamaian yang diwujudkan melalui konsensus Islam ‘Rahmatan Lil Alamin’ diharapkan untuk dapat menciptakan tatanan dunia yang penuh dengan kedamaian.
Islam sebagai rahmatan lil alamin sangat concern terhadap kesempurnaan akhlaqul karimah, karena hanya dengan cara itulah Islam dapat sungguh-sungguh mewujudkan islam rahmatan lil ‘alamin. Selain itu, NahdIatul Ulama dengan Islam moderat, akan terus aktif memainkan peran sebagai penengah atau bisa disebut sebagai juru damai dalam konflik sosial dan agama yang terjadi di berbagai negara.
NU juga harus ikut memprakarsai forum-forum internasional bekerjasama degan organisasi masyarakat Islam diberbagai negara, dengan tema-tema resolusi konflik dan agenda perdamaian. Mengundang para pimpinan kelompok yang bertikai dalam membantu mencari solusi yang dihadapi oleh kelompok-kelompok islam yang bertikai dalam usaha menyelesaikan konflik (resolusi konflik).
Di sisi lain, promosi Islam moderat ke seluruh dunia juga sangat penting, khususnya pada negara-negara yang anti islam yang selama ini memandang Islam sebagai “agama teroris”. Dengan konsep Islam moderat yang sangat menghargai hak-hak asasi manusia dan agenda perdamaian dunia. Merupakan salah satu upaya untuk menegaskan kembali peranan Indonesia dalam memelihara perdamaian dunia. Tentu untuk menjawab beberapa stigma negatif dan persepsi yang keliru oleh masyarakat internasional mengenai Islam. Karena pada dasarnya setiap umat manusia di belahan dunia manapun ingin hidup dalam kedamaian. (*)
*) Penulis adalah Sekretaris Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Kalimantan Barat