telusur.co.id - Universitas Airlangga (UNAIR) meraih penghargaan dari UI Green Metric World University Ranking. Penghargaan tersebut diterima dikarenakan UNAIR termasuk kedalam The 2023 8th Most Sustainable University in Indonesia. Hal itu semakin meningkatkan rekognisi UNAIR di tingkat internasional, utamanya perihal kebijakan keberlanjutan.
Kepada Unair News, (01/12/2023), Direktur Logistik, Keamanan, Ketertiban dan Lingkungan UNAIR, Dr. Karnaji menyampaikan bahwa, ranking tersebut merupakan penghargaan kepada kampus yang telah menunjukan kesungguhannya dalam pengelolaan lingkungan.
“Tahun 2022 kemarin, kami berada di urutan sepuluh secara nasional, tahun 2023 ini kami ada peningkatan menjadi urutan kedelapan ditingkat nasional,” paparnya.
Langkah Taktis UNAIR
Dalam penilaiannya, UI Green Metric memiliki enam indikator, di antaranya setting and infrastructure, energy and climate change, water, waste, transportation, dan education. Pada keenam hal tersebut, Karnaji menjelaskan bahwa, indikator tersebut menjadi fokus utama UNAIR dalam mendukung kampus berkelanjutan.
“Kita punya infrastruktur dan gedung-gedung yang sudah green building. Kita pun dinilai memiliki pengelolaan air dan listrik yang baik dengan sumber alternatif. Kita juga punya kincir angin,” tukasnya.
Karnaji menjelaskan bahwa, UNAIR telah banyak melakukan inovasi dan perubahan masif untuk mendukung kampus yang hijau. Di antaranya, pemusatan area parkir, pembatasan kendaraan yang memasuki area kampus, pembangunan pipa terpadu, pemanfaatan air hujan yang tertampung di bak untuk diolah, hingga pengelolaan sampah.
Selain itu, UNAIR juga mendukung gerakan bebas emisi. Hal itu ditunjukan dengan penggunaan fasilitas mobil buggy listrik gratis untuk mobilitas di dalam kampus. Tidak hanya itu, menurutnya, peran sivitas akademika untuk mendukung gerakan yang berbasis pada lingkungan sangat dibutuhkan.
“Dengan gerakan masif ini, akan membawa lingkungan yang lebih progresif. Ini akan bagus untuk edukasi dan juga kesehatan setiap orang,” paparnya.
Meningkatkan Gerakan Kolektif
Baginya, hal tersebut tentu dibutuhkan pembiasaan. Akan tetapi, menurutnya, pembiasaan akan sulit di awal namun memiliki dampak yang cukup besar. Edukasi mengenai pentingnya kesadaran kolektif harus terus digalakkan.
Selain itu, kesadaran dan sifat memiliki akan fasilitas umum perlu terpatri dalam setiap diri sivitas akademika. Jelasnya, walaupun fasilitas umum, penjagaan agar tidak rusak dan dapat dimanfaatkan secara berkesinambungan merupakan hal yang penting.
“Kalau ada air atau listrik yang menyala, maka harus ada inisiatif untuk mematikan walaupun itu adalah fasilitas umum,” ajaknya. (ari)