Novel Bamukmin: Suara Umat Islam Spirit 212 Harus Dipertanggungjawabkan Prabowo - Telusur

Novel Bamukmin: Suara Umat Islam Spirit 212 Harus Dipertanggungjawabkan Prabowo

Ketua Media Center Persaudaraan Alumni 212 (PA 212) Novel Chaidir Hasan Bamukmin. Foto : Net

telusur.co.id - Ketua Media Center Persaudaraan Alumni 212 (PA 212) Novel Chaidir Hasan Bamukmin menanggapi terkait bergabungnya masuknya Partai Gerindra ke Kabinet Kerja Jilid III dan kemungkinan Prabowo Subianto menjadi Menteri Pertahanan.

Menurut Novel, sebenarnya hubungan PA 212 dengan Prabowo sudah selesai seiring dengan berakhirnya pemilu 2019.

"Cuma saja suara umat Islam dari spririt 212 harus dipertanggungjawabkan oleh Prabowo, karena bagaimanapun juga PA 212 ikut merekomendasikan Prabowo untuk dipilih oleh para alumni 212 dengan diikat oleh pakta integritas," kata Novel kepada telusur.co.id, Selasa (22/10/19).

Novel menjelaskan, digelarnya ijtima' ulama ke IV adalah sikap kebulatan tekad para ulama untuk menolak hasil pemilu dikarenakan kecurangan yang terstruktur, sistematis, massif dan brutal (TSMB). Oleh karenanya, kata dia, jelas tidak ada rekonsiliasi, apalagi koalisi untuk kecurangan, kedzoliman, kemungkaran, serta ketidak adilan.

"Namun Prabowo sudah memutus komunikasi dengan para ulama dan habaib, tokoh, danbaktivis yang mendukungnya, yang mempunyai kontribusi nyata sehingga Gerindra dan partai yang ada di kubu 02 mendulang suara. Sehingga dengan begitu, Gerindra punya daya tawar yang tinggi," ujarnya.

Namun, lanjut dia, daya tawar yang tinggi itu disalahgunakan untuk membangun koalisi politik transaksional, untuk meraih kursi jabatan.

"Dan Prabowo dalam hal ini mengikuti naluri dagangnya sebagai pengusaha dibanding jiwa kesatrianya sebagai seorang prajurit yang siap berkorban untuk harga diri dan martabatnya, yang searah dengan perjuangan ulama dan umat Islam spirit 212 dalam menegakkan keadilan dan melawan kedzoliman," terang Novel.

Akhirnya, tambah dia, Prabowo jatuh kepada kehinaan demokrasi dengan merusak iklimnya demokrasi antara koalisi atau oposisi.

"Dan ternyata posisi Prabowo sebagai kompetitor petahana tumbang menjadi koalisi. Sehingga merusak keseimbangan, yang seharusnya beroposisi, yang menyehatkan dan mendidik rakyat Indonesia dalam berdemokrasi yang tidak mematikan nalar para pendukungnya," bebernya.

"Untuk itu, kami mewaki spirit 212 menyayangkan langkah Prabowo yang keliru. Namun bukan tidak mungkin, Prabowo melakukan trobosan spektakuler dari dalam memperjuangkan aspirasi kami demi tegaknya keadilan," pungkasnya.  [asp]


Laporan : Fahri Haidar
 


Tinggalkan Komentar