telusur.co.id - Warga Desa Sukakarya, Kecamatan Karangbahagia, Kabupaten Bekasi, terpaksa mandi dan mencuci pakaian menggunakan air yang tercemar limbah. Sungai yang dikenal sebagai Kali Cabang ini telah berwarna hitam hingga mengeluarkan bau tak sedap.
Ironisnya, sungai yang diduga telah tercemar limbah ini tetap digunakan warga untuk mencuci pakaian hingga sesekali dipakai mandi. Hal itu terpaksa dilakukan lantaran kemarau panjang yang membuat pasokan air bersih berkurang.
”Ya mau gimana lagi, pasokan air hanya cukup buat masak, lagi kemarau gini mah biasa memang mandi sebagian warga dan mencuci di sungai,” katanya saat ditemui di tepi Kali Cabang, Senin (4/11/19).
Berdasarkan pantauan telusur.co.id, bau tak sedap menyengat dari aliran sungai yang mulai menghitam itu. Sungai tersebut merupakan bagian dari salah satu sungai besar Cilemahabang yang berhulu pada Sungai Cikeas, Bogor.
Kali Cabang tergabung pada kanal Cikarang-Bekasi-Laut yang menyatu dengan Sungai Cileungsi hingga akhirnya bermuara di Tarumajaya.
Pencemaran di Kali Cabang ini terbilang pekat. Warga menduga, sungai yang memiliki lebar sekitar lima meter ini tercemar limbah dari bahan berbahaya dan beracun (B3). Meski begitu, warga tidak memiliki pilihan dengan masuk mencuci di pinggiran sungai.
Bersama Lela, terdapat tiga ibu lainnya yang juga turut mencuci pakaian di sungai. “Jadi paling habis dikucek di sini (sungai), nanti dibersihin lagi di rumah,” kata Lela yang mengaku hampir setiap hari mencuci di sungai kotor itu.
Warga lainnya, Alam (70) mengaku awalnya Kali Cabang memiliki air yang jernih. Bahkan, hampir setiap sore banyak warga yang mandi di sungai. Tapi sejak air tercemar, kini warga kebingungan menggunakan air untuk mandi.
“Kalau terpaksa ya ada saja yang mandi. Pernah waktu itu ada yang mandi, jadinya gatal-gatal. Mana airnya bau pesing. Pakai sabun juga tetap saja bau. Ini sudah lama kayak gini,” ucapnya.
Warga setempat telah memasang spanduk yang berisi tentang kekecewaan mereka atas kondisi kali yang tercemar. Salah satunya bertuliskan, “Kami Rindu dengan Kali Kami yang Seperti Dulu”.
Selain tercemar limbah, warga pun makin tersiksa karena sungai turut dicemari sampah. Sisa makan, plastik hingga popok bayi menjadi sampah yang menumpuk di badan sungai. Banyaknya sampah ini bahkan kerap menyumbat aliran air, terutama pada pintu air serta jembatan.
“Warga mah enggak ada yang buang ke sungai karena tahu bakal mampet. Tapi ini dari hulunya sudah banyak sampah. Jadi sampah harus turun (sungai) buat dorong sampah karena mampet. Belum lagi, ada motor lewat main lempar aja sampah,” ucap dia.
Kondisi yang tak kunjung ditangani mulai membuat warga jengah. Hal itu terlihat dari sejumlah spanduk yang dipasang di bantaran sungai yang berisi kerinduan warga akan sungai yang kembali bersih. Mereka mendesak pemerintah segera menangani pencemaran ini
“Kami pantau sudah sekitar dua tahun kayak gini. Pernah waktu itu dari Dinas Lingkungan Hidup yang datang, tapi sekedar datang, tidak ada action. Ini mengecewakan, harusnya segera ditangani,” kata Ketua Forum Komunikasi Pemuda Pintu Air Sukaraya, Nur Hidayatullah.
Pada saat bersamaan, kondisi sungai ditinjau langsung oleh Komisi III DPRD Kabupaten Bekasi. Ketua Komisi III, Husni Thamrin menegaskan bakal menelusuri asal dari penyebab pencemaran.
Komisi III bakal memanggil sejumlah dinas terkait untuk menyelesaikan persoalan ini. Dia menduga ada perusahaan nakal yang sengaja membuang limbah ke sungai.
“Kami pastikan akan memanggil pihak-pihak terkait untuk meminta penjelasan. Kemudian perusahaannya pun akan turut kami panggil. Kami tadi sudah meminta warga untuk turut juga mengidentifikasi asal muasal pencemaran ini. Kami tegaskan ini bakal ditangani tuntas,” ujarnya. [sbk]
Laporan : Dudun Hamidullah