telusur.co.id -Pemerintah Amerika Serikat seperti disampaikan Presiden Donald Trump mengeluarkan kebijakan kenaikan tarif resiprokal, untuk Indonesia sebesar 32 persen.
Berbagai strategi telah dipersiapkan pemerintah Indonesia guna mengantisipasi efek dari tarif Trump tersebut, terhadap produk Indonesia. Salah satunya mengirim tim negosiasi yang dipimpin Menteri Koordinator Bidang Ekonomi Airlangga Hartarto.
Langkah negosiasi tersebut dianggap positif dan menjadi solusi baik oleh para Akademisi Universitas Borobudur, yang menggelar kuliah umum dengan tema "Dampak Kebijakan Kenaikan Tarif Impor Baru Amerika Serikat Bagi Indonesia", Sabtu (12/4/2025).
Kegiatan ini menghadirkan sejumlah pakar Prof. Dr. Faisal Santiago, S.H., M. M Direktur Pascasarjana Universitas Borobudur yang menjadi Keynote Speech. Kemudian, Prof Heru Subiyantoro. Ph. D, Ketua Program Doktor Ilmu Ekonomi Universitas Borobudur, Dr. Machfud Sidik, Msc, Prof Dr. Cicih Ratnasih, MM, Moderatot Dr Nugroho Agung Wijoyo, M. A,
Dalam keterangannya, Prof Heru Subiyantoro. Ph. D, Ketua Program Doktor Ilmu Ekonomi Universitas Borobudur, menyampaikan, terkait Kebijakan Kenaikan Tarif Impor Baru Amerika Serikat, langkah yang saat ini ditempuh Pemerintah Indonesia sudah benar.
“Jadi tadi saya sebut game theory, ini adalah game theory, non-kooperative game theory. Karena Trump mendesakkan mauannya itu untuk banyak negara. Solusi yang paling baik dari ini adalah negosiasi. Jadi tidak mungkin tanpa penyelesaian ini dengan terus dikontrol-kontrolan. Maka itu harus negosiasi. Itu intinya," ujar Prof Heru.
Tinggal bagaimana lanjut Heru Indonesia bernegosiasi dengan Amerika Serikat.
Prof Heru menambahkan, dulu dunia itu mengarah kepada globalisasi. Sekarang berbalik kepada Proteksionisme. Dari sudut teori Pedagangan internasional ini kurang menguntungkan. Tarif itu harus diturunkan tanpa mengabaikan Industri dalam negeri.
“Ya ini negosiasi Tidak ada cara lain menurut saya Harus turun, “ jelasnya.
Prof. Dr. Faisal Santiago, S.H., M. M Direktur Pascasarjana Universitas Borobudur, menambahkan, tarif impor Amerika in, tentu namanya politik dagang. Tidak bisa dilepaskan begitu saja.
“Jadi dinegoisasikan lah ya Supaya produk-produk yang dijual oleh mereka diterima di negara lain. Begitu juga barang yang dijual di negaranya Juga dapat diterima. Sehingga sebenarnya saling melindungi barang-barang yang diekspor dari suatu negara ke negara lain, dan juga sebariknya. Jangan sampai ada yang mendominasi yang akan mematikan,” tambahnya.
Prof Santiago memastikan, langkah negosiasi paling tepat. Jadi pada prinsipnya adalah Saling menguntungkan. (fie)