telusur.co.id - Para politisi Mesir memperingatkan apa yang mereka sebut sebagai tahap paling berbahaya dalam sejarah kontemporer bangsa Arab serta mempertanyakan kebungkaman Liga Arab.
Dikutip Rai al-Youm, Jumat (6/12), politisi dan jurnalis ternama Mustafa Bakry menyoal Liga Arab yang tidak mau membahas persoalan Suriah dalam pertemuan tingkat menteri minggu depan.
“Bukankah konspirasi terhadap Suriah layak untuk disidangkan, dan mengapa pertemuan tingkat menteri yang dijadwalkan pada Minggu depan untuk membahas apa yang terjadi di Suriah dibatalkan?" tanya dia.
“Apakah umat ini telah menyerah pada rencana Netanyahu untuk menggambar ulang peta dunia Arab dan memecah-belah negaranya, dan sudahkah kita menyerah pada rencana yang disebut Timur Tengah Baru?” kata dia lagi.
Bakry memastikan bahwa jika Suriah jatuh maka ini akan menjadi awal dari kejatuhan seluruh umat Arab.
“Ini adalah tahap paling berbahaya dalam sejarah umat kita saat ini, dan kita semua akan menanggung akibatnya, dan generasi mendatang akan mengutuk kita,” tegasnya.
Abdullah Al-Ashaal, mantan Asisten Menteri Luar Negeri Mesir, mengatakan bahwa Mesir berhak mendukung tentara Suriah berdasarkan perjanjian persatuan Mesir-Suriah sejak tahun 1958 dan perjanjian ini masih ada.
Dia menambahkan bahwa rakyat Mesir dan Suriah masih satu ikatan, dan koordinasi antara kedua pasukan pada tahun 1973 melawan Israel tak lain merupakan cerminan dari fakta ini. Sementara itu, pakar militer dan strategis Mayjen Purn. Samir Farag memperingatkan bahwa jika kelompok ekstremis berkuasa di Suriah, mereka akan bertikai satu sama lain, dan Suriah kemudian akan memasuki terowongan gelap, dengan dorongan dari Turki.
“Kita hidup di dunia yang penuh dengan pecahan, di mana krisis apa pun akan berdampak pada negara-negara lain di dunia,” katanya.
Dia juga menekankan bahwa apa yang terjadi di Suriah dapat berdampak pada Mesir, Israel, Lebanon, dan seluruh kawasan.
Dia mengaku prihatinan atas apa yang dia sebutkan sebagai kebangkitan kembali ISIS di kawasan. [Tp]