Parodi Merdeka - Telusur

Parodi Merdeka

Ilustrasi canva puisi “Parodi Merdeka” (doc: Getty Images/iStockphoto/Bimo Wicaksono

telusur.co.idOleh : Hanif Kristianto

Sudah berkibar sang saka merah putih sejak di tanggal awal
Tanda perayaan segera dimulai dan digelar
Merdeka menjadi ejaan yang ringan diucapkan
Merdeka kini jadi parodi di tengah kesialan rakyat suatu bangsa

Parodi merdeka diperagakan dalam kisah sedih anak bangsa
Mau sadar namun tak berkabar
Justru menikmati kondisi yang sulit terdefinisikan
Tanpa terdeteksi akal pikiran di luar nalar

Parodi merdeka dengan lakon pejabat yang pongah
Penjajah memang sudah kembali ke asal muasalnya
Sayangnya sifat dan wataknya diwarisi mempecundangi rakyat dan bangsa sendiri
Kata merdeka jadi kosong makna dalam sebuah lingua

Parodi merdeka dengan affair penguasaha 
Kongkalikong yang tampak bohong dibungkus agar tak kosong
Berkelindan diperbudak nafsu angkara
Bermetamorfosa menjadi populis dengan gayak sok manis

Parodi merdeka dengan berat hati rakyat menguyah sepah
Ya, nasib yang selalu tertindas dalam kapitalisme demokrasi yang amat jahat
Ya, kondisi yang tiada pernah ideal untuk sesuatu yang wajar
Ya, keadaan yang membingkai dalam keterkungkungan keluar dari problematika kehidupan

Parodi merdeka dalam candaan anak manusia
79 tahun bukanlah kemarin sore untuk tetap berkaca 
Masih belangkah wajah di mata dunia
Masih semburatkah aura pesona di hati dunia

Parodi merdeka
Yang merdeka hanya mereka
Yang mereka duduk di kursi kuasa
Yang duduk tak mau beranjak ketika habis masanya

Parodi merdeka
Merenungkan kembali frasa merdeka
Apakah itu merdeka?
Bagaimana cara merdeka pada hakikatnya?

Kalau sudah merdeka kenapa masih ada tekanan untuk rakyatnya?
Kalau sudah merdeka kenapa nuansa merdeka hanya di Agustus?
Sedangkan hari lainnya bergulat dengan problematika hidup yang tak putus
Seolah merdeka hanya euforia jika faktanya masih terjajah

Di negeri ini dengan serius janji
Merdeka hakiki tak lagi berparodi
Jika penguasa itu sebagai Ulil Amri
Yang taat pada Allah dan Rasul-Nya dengan menjaga syariah kaffah.

*Penulis adalah Sastrawan Politik, Analis Politik dan Media di Pusat Kajian dan Analisa Data (PKAD), Professional Copywriter @recreativeindonesia, Coach Writer 500+ Alumni @creatornulis, Content Writer, Jurnalis, Penulis Opini dan Puisi, dll.


Tinggalkan Komentar