telusur.co.id - Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah memperingatkan bahwa Israel menggunakan “taktik perang yang mematikan” terhadap warga Palestina di Tepi Barat yang diduduki, lebih dari seminggu setelah entitas penjajah itu melancarkan agresi militer besar-besaran di wilayah Palestina, yang menewaskan puluhan orang.
Dilansir Presstv, dalam sebuah konferensi pers di New York pada hari Selasa (3/9/24), juru bicara Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB (OCHA), Stéphane Dujarric, mengatakan bahwa rezim Tel Aviv telah melanjutkan agresinya di Tulkarm dan Jenin.
“PBB telah mencatat lebih dari dua lusin korban jiwa selama sepekan terakhir, termasuk anak-anak,” katanya, seraya menambahkan bahwa beberapa organisasi yang dimobilisasi oleh OCHA telah bersiap untuk melakukan penilaian di Jenin namun tidak diberi akses oleh pihak berwenang Israel.
“OCHA memperingatkan bahwa hambatan akses berdampak pada kemampuan untuk memberikan respons kemanusiaan yang berarti,” kata Dujarric, seraya menambahkan bahwa pergerakan ambulans dan tim medis telah terhambat dan tertunda sejak dimulainya agresi saat ini.
Pada dini hari tanggal 28 Agustus, militer Israel melakukan operasi terbesarnya - yang dijuluki “Kamp Musim Panas” - di Tepi Barat selama lebih dari 20 tahun, dengan mengerahkan ratusan tentara dan serangan udara di Jenin, Tulkarem, dan Tubas, yang merupakan pusat-pusat perlawanan utama Palestina terhadap entitas penjajah.
Agresi militer yang sedang berlangsung di Tepi Barat saat ini terkonsentrasi di kota Jenin, yang jalan-jalan dan infrastrukturnya telah rusak lebih dari 70 persen sejak dimulainya “Kamp Musim Panas”, menurut pemerintah kotanya.
Dujarric juga memperingatkan bahwa pasukan Israel terus menggunakan “taktik perang yang mematikan” di Tepi Barat, termasuk serangan udara, yang menyebabkan banyak orang terbunuh, terluka dan mengungsi.
Sementara di Tulkarem pada hari Sabtu, tim OCHA memverifikasi bahwa 120 orang Palestina, termasuk lebih dari 40 anak-anak, mengungsi karena kehancuran rumah mereka.
“Pada saat penilaian, 13.000 orang di kamp pengungsian Nour Shams mengalami pemutusan aliran air, yang disebabkan oleh kerusakan pada jaringan air, dan luapan air limbah. Tim juga mencatat bahwa penduduk mengalami trauma dan membutuhkan dukungan psikososial,” demikian laporan OCHA.
Sejak dimulainya agresi saat ini di Tepi Barat, jumlah warga Palestina yang terbunuh oleh pasukan Israel telah meningkat menjadi 34 orang. Ini termasuk 19 orang di Jenin, 8 orang di Tulkarm, 4 orang di Tubas, dan 3 orang di al-Khalil. Total korban tewas di Tepi Barat yang diduduki kini telah mencapai 685 orang sejak 7 Oktober tahun lalu.
Ketegangan yang meningkat di Tepi Barat yang diduduki terjadi ketika rezim Israel sejak Oktober lalu telah melakukan serangan biadab ke Jalur Gaza yang terkepung, merenggut nyawa lebih dari 40.000 orang, sebagian besar dari mereka adalah wanita dan anak-anak. [Tp]