telusur.co.id - Kepala Badan Pendidikan dan Pelatihan Daerah DPD PDI Perjuangan DKI Jakarta Gilbert Simanjuntak menyebut, partainya membuka peluang bagi Anies Baswedan bila ingin maju menjadi calon gubernur Jakarta di Pilkada 2024.

Sebagaimana diketahui, DPD PDIP Jakarta saat ini tengah menjaring nama-nama bakal calon gubernur dan wakil gubernur Pilkada Jakarta 2024. Pendaftaran dibuka mulai pada tanggal 8-20 Mei 2024.

"Kalau memang Bung Anies berniat maju (Pilkada Jakarta) lewat PDIP, sekarang saatnya pendaftaran di DPD. Sistemnya terbuka, silahkan mendaftar. Ini masih tahap awal, nanti diputuskan oleh DPP," ujar Gilbert di Jakarta, Kamis (9/5/24).

Selanjutnya Gilbert mengatakan, bahwa partainya membuka peluang sebesar-besarnya bagi kader maupun non kader yang ingin maju melalui PDIP pada Pilkada Jakarta 2024 nanti. Namun, nantinya keputusan yang akan maju Pilkada 2024 dipastikan ada di tangan Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PDIP.

"Tergantung penilaian DPP dan rekam jejak calon tersebut," imbuhnya.

Sebelumnya, Sekretaris Dewan Pimpinan Daerah (DPD) PDI Perjuangan DKI Jakarta Pantas Nainggolan mengungkapkan, saat ini pihaknya masih melakukan penjaringan terhadap nama-nama yang bakal diusung untuk maju pada kontestasi Pilkada Jakarta 2024.

"Ini kita masih dalam proses penjaringan, tetapi dalam konteks sumber daya ya PDI Perjuangan cukup banyak," ucap Pantas di Grand Cempaka, Bogor, Kamis (25/4/24).

Pantas menyebut, saat ini sosok yang telah masuk listing penjaringan cagub Jakarta di antaranya, manatan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, Ketua DPRD DKI Prasetyo Edi Marsudi, Menteri PAN/RB Abdullah Azwar Anas, Mantan Panglima TNI Andika Perkasa dan Menteri PUPR Basuki Hadimuljono.

"Ya kan masih proses penjaringan, bisa Risma, bisa aja Ketua DPRD (Prasetyo), bisa aja, kita banyak potensi. Termasuk juga misalnya Azwar Anas," ujar Pantas.

"Pak Basuki juga, termasuk juga pak Andihka (Perkasa)," sambungnya.

Adapun kriteria sosok bacagub Jakarta yang nanti bakal diusung PDIP yang pertama harus komitmen terhadap ideologi pancasila.

"Dan yang kedua yang mampu paling tidak memenuhi atau selaras dengan harapan-harapan Jakarta ke depan," kata Pantas.

"Yang ketiga ya walaupun Jakarta bukan lagi sebagai ibu kota, tetapi Jakarta masih tetap menjadi Indonesia mini yang harus mencerminkan ke-Indonesiaan, yang mencerminkan persatuan, yang mencerminkan toleransi yang tinggi dan lain sebagainya," imbuhnya. [Fhr]