telusur.co.id - Kelompok Pejuang Perlawanan Islam di Irak, sebuah kelompok payung pejuang anti-teror, menyatakan kesiapannya untuk berperang melawan Zionis Israel dan Amerika Serikat jika rezim pendudukan mengobarkan perang baru di Lebanon.

Seorang komandan lapangan kelompok tersebut mengatakan kepada AFP bahwa akan ada "eskalasi demi eskalasi" jika terjadi agresi militer besar-besaran terhadap Lebanon.

Komandan tersebut, yang berbicara dengan syarat tidak disebutkan namanya, juga mengatakan bahwa Pejuang Perlawanan Islam di Irak telah mengirimkan "para ahli dan penasihat" ke Lebanon.

Sementara itu, ilmuwan politik Irak Ali al-Baidar memperingatkan bahwa perang besar antara Israel dan gerakan perlawanan Hizbullah Lebanon "tidak akan terbatas pada wilayah Lebanon".

"Di Irak dan di kawasan ini kelompok-kelompok bersenjata akan masuk ke dalam konfrontasi," ujarnya, dilansir dari Presstv, Kamis (4/7/24).

Hizbullah dan Israel telah saling serang sejak awal Oktober, tak lama setelah entitas Zionis itu melancarkan perang genosida di Jalur Gaza menyusul operasi mendadak oleh kelompok perlawanan Hamas Palestina.

Hizbullah telah bersumpah untuk terus melakukan serangan balasan selama rezim Tel Aviv melanjutkan serangan ke Gaza, yang sejauh ini telah menewaskan sedikitnya 37.953 warga Palestina, sebagian besar perempuan dan anak-anak, serta melukai 87.266 lainnya.

Kekhawatiran akan konflik regional yang lebih luas telah meningkat dalam beberapa minggu terakhir karena para pejuang Hizbullah dan pasukan Israel telah mengintensifkan serangan mereka. 

Sebagai bentuk solidaritas terhadap warga Palestina di Gaza, Pejuang Perlawanan Islam di Irak telah melancarkan sejumlah serangan terhadap target-target yang berada di wilayah Palestina yang diduduki.

Pada hari Selasa, para pejuang perlawanan Irak dan angkatan bersenjata Yaman meluncurkan rudal jelajah ke "target vital" di kota Haifa di wilayah pendudukan. [Tp]